Fajar : "Diantara milyaran manusia mengapa kamu? Diantara sekian waktu mengapa hujan?"
Perkuliahan baru saja usai, berangsur satu per satu para penghuninya meninggalkan ruangan. Decitan kursi yang digeser, desir berkas yang ditumpuk, berpadu dalam gerak serentak. Beberapa pemuda disisi kiri belakang masih sibuk membereskan lembar-lembar besar terkembang yang dipenuhi goresan. Sementara seorang gadis pendek berponi memasukkan gulungan kertas dalam wadah tabung hitam, lalu... "Gue duluan ya!" berujar pada para pemuda tersebut.
"Sip!" sahut para pemuda tersebut.
Gadis itu melangkah, namun berhenti disamping kiri seorang pemuda yang tengah menumpuk kertas-kertas dan buku, "Jar... nih laporan rancangan acara bagian gue," gadis itu mengangsurkan sebuah bundel.
Aku menoleh, "Oke!" meraih bundel tersebut.
"Lo liat si Niko?" sambungku seketika tepat sebelum gadis itu berlalu.
Gadis itu menoleh, "Ngak. Masih di kelas kali atau di unit," serunya sembari memperbaiki tabung hitam bertali di bahu kirinya, kemudian berlalu.
"Ni anak kebiasaan. Kalo ngak di ingetin mana dia bawa laporannya," batinku.
Aku memasukkan buku-buku dan kertas-kertas bahan kuliah ke ransel, lalu melangkah meninggalkan ruang kelas. Melewati kerumunan mahasiswa/i disepanjang lorong bernuansa oranye. Sepintas siluet memasuki kelas yang ku tinggalkan tadi, sosok berambut kecoklatan yang menjulurkan kepalanya pada kelas yang nyaris kosong tersebut.
Sosok itu Renata, mengernyit, "Kenapa sih gue telat mulu nemuin dia," berujar kesal.
"Udah Re... biarin aja," Rianti yang seperti biasa berada dibelakang berujar pelan. Dia masih terlihat kepayahan dengan tumpukan buku ditangannya, namun tetap berusaha menggerakkan tangan kanannya dan menyentuh bingkai kacamatanya.
"Bukan gue kalo gitu," Renata berujar tak mau kalah.
Rianti terdiam, merasa percuma dia berbicara, Renata tak akan mendengarnya.
"Kayaknya gue harus ke unit lagi," Renata berujar, "Lo ngak usah ikut Ri," menoleh kesal pada Rianti.
Sementara Renata dan Rianti masih berkutat disana, kaki ku sudah meninggalkan bangunan bernuansa oranye tersebut. Terus menuju parkiran motor tak jauh di depan bangunan.
--
Motorku melaju melewati gerbang fakultas kemudian berbelok berliku memasuki jalan yang pada sisi kiri pertigaannya tampak deretan bangunan berlantai satu bernuansa krem. Ku parkirkan motorku di bangunan paling ujung dengan beberapa kursi semen dan pohon rindang disisinya. Ku masuki ruangan dengan pintu yang tengah terbuka.