Fajar : "Dibawah langit cerah, lagi dirimu disana..."
Tampaknya dia sudah begitu tahu dimana menemukanku. Saat dia tak menjumpaiku di seantero ruangan gedung fakultas, dia akan datang ke sini. Tak menyerah meski lagi-lagi tak menemukanku ataupun ketika setiap anggota unitku yang dia temui selalu berujar hal yang sama... "Aku tak disana." Dia dengan setia berkeliaran disana, duduk pada salah satu bangku semen yang dinaungi sebuah pohon rindang.
Sudah beberapa kali aku mendengar kabar dia disana, tak peduli aku benar-benar disana dia tetap saja muncul. Jika sebelumnya dia akan segera beranjak jika aku tak muncul juga, namun tidak kali ini. Seakan dia sudah mendapat firasat kali ini aku akan muncul atau mungkin dia benar-benar tak mau beralih melakukan hal lain. Kali ini seusai urusanku di ruang unit lain yang berada ditengah jalur lorong, aku melangkah menuju ruang unit di ujung lorong. Hingga kemudian langkahku terhenti, menyadari dia disana, menungguku. Dia berdiri didekat bangku semen dibawah pohon dan tersenyum, sama seperti sebelumnya, penuh percaya diri.
"Gue perlu ngomong sama lo," ujarnya sembari tersenyum.
Aku terhenti dengan kehadirannya. "Bisa ngak sih, dia ngak ngekor gue mulu?" batinku kesal, mendapati Renata lagi dan lagi mengikutiku. Seakan tak cukup sikap dinginku membuatnya menjauh.
Bukannya menanggapi kata-katanya aku justru menoleh kesal, "Kenapa sih Re lo ngikutin gue mulu?" lontarku.
"Karena gue harus ngomong sama lo," dia berujar mantap.
Aku mengernyit. "Gue sibuk," seruku kemudian berpaling dan kembali melanjutkan langkah.
Namun dia tampaknya telah memperkirakan hal ini, dia bergerak, dan berhenti didepanku. "Sibuk? Lo mau kemana?" ujarnya ingin tahu.
"Lo mau rapat kan?" lanjutnya.
"Kita bisa ngobrol dulu sebentar. Ngak lama kok...," sambungnya kembali.
"Lo pergi aja," ujarku terganggu.
Aku menoleh ke kanan dan akan mengangkat kakiku mengitari bangku semen, mencari jalan pintas namun...