Fajar :"Rintik hujan dan lagi kulihat dirimu..."
Aku terus berlalu meninggalkan Renata yang terdiam, entah dia memikirkan kata-kata ku atau hal lainnya entahlah. Aku hanya berharap kali ini dia mengerti dan tak lagi mengikutiku yang sia-sia.
Aku berjalan di lorong gedung unit, kembali melintasi ruang rapat, terus melangkah melewati ruang demi ruang unit kegiatan. Aku terus melangkah, nyaris sampai pada ruangan terujung dengan pintu terbuka, hingga kemudian langkahku terhenti. Berjarak beberapa langkah lagi hingga kakiku sampai disana, siluet seseorang mondar-mandir tertangkap. Seakan menunjukkan adanya suatu kesibukan, namun tak tampak sosok lain selain siluet itu, bahkan tak terdengar apapun selain langkah pelan siluet itu.
Aku kembali melangkah, mendekati pintu, mendapati Niko lah sosok itu. Dia berjalan dengan sedikit menunduk dan raut serius, seakan memikirkan sesuatu. Kemudian seakan merasakan seseorang didekat pintu, dia berhenti dan menoleh. Dia terlihat terkejut mendapatiku yang melangkah memasuki ruangan dengan bingung.
"Kenapa lo?" tanyaku.
Namun Niko diam, dia masih berdiri menghadap pintu dengan raut bingung. Aku mengernyit, berpaling, dan melanjutkan langkah menuju meja disudut terdalam ruangan. Sementara aku melangkah, Niko menoleh dengan bingungnya. Kelebat keraguan seakan hinggapinya, namun keingintahuan yang terus menghantuinya kemudian... "Akhir-akhir ini Renata ngak keliatan, kemana ya?" Niko berbalik dan berseru.
Aku terhenti, berbalik, namun tak menjawab pertanyaannya. Aku tak tahu bahwa Niko sempat melihat Renata mengekoriku, namun aku tahu ada hal mengganjal yang dia tutupi.
"Biasanya dia selalu ngekorin elo," Niko kembali melanjutkan kata-katanya.
Aku mengernyit, "Emang dia apaan ngekor gue," sahutku.