Hanin sudah lelah membuat Angel diam dari tangisan sejak tadi, segala cara telah ia lakukan. Tapi sudah setengah jam ia masih menangis. Hanin sangat panik takut akan terjadi sesuatu pada Angel.
Ia bahkan membuka kain yang membalut Angel, karena ia pikir Angel kepanasan. Tapi ia tetap menangis, Hanin sudah mondar-mandir sembari bernyanyi agar ia diam.
Ia baru saja memeriksa dapur untuk mencari susu, namun tidak menemukannya. Akhirnya Hanin memutuskan memberinya air putih, ia sedikit tenang sesaat namun kembali menangis.
"Duh gimana ni?"
Hanin langsung mengambil HandPhone dan menelpon Hanan. Ia akan meminta lelaki itu membeli susu atau bubur untuk Angel.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hanan meraba saku celananya, saat ia merasakan getaran pertanda ada yang menelpon. Setelah membaca nama dari nomor yang baru saja ia simpan, ia langsung beranjak dari sana, sedikit menjauh dari teman-temannya.
"Kenapa?"
"Dengerin nih. Angel nangis mulu, udah hampir setengah jam, gue takut dia kenapa-napa."
"Jadi harus apa?"
"Dia mungkin lapar, tolong pulang dong, beli susu sama bubur buat dia."
"Susu lo kan ada."
"Gue serius nih. Kalau karna nangis dia sampai kejang-kejang gimana? Cepetan dong, gue nggak tau harus ngapain, di sini cuma ada air putih."
Hanan terkekeh. "Iya gue pulang, gue bawain apa yang lo minta."
"Cepet!!"
"Iya." Hanan langsung mematikan sambungan telepon lalu menghampiri teman-temannya.
"Gue harus pulang, lain kali aja lagi," pamitnya.
"Kok cepet banget sih! Baru 1 jam."
"Iya nih, nggak asik," ucap wanita sexy di hadapannya. Jujur saja ini adalah hal yang ia sukai. Malam ini harusnya ia isi dengan bersenang-senang.
"Istri gue udah nelpon. Bye," kata Hanan sembari tertawa dan pergi.
Ia sedikit bingung harus mencari susu dan bubur untuk bayi di mana. Tapi ia akan tetap berusaha, karena tangisan Angel juga membuatnya takut.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Saat Hanan membuka pintu apartemen, Hanin langsung lega. Hanan segera menghampiri Hanin setelah menutup pintu.
"Gue nggak tau bubur apa, gue nanya sama mbaknya dikasih ini," ujar Hanan.
"Yaudah nggak papa. Lo yang buat atau gue?" tanya Hanan.
"Lo aja, gue nggak bisa."
"Lo gendong Angel ya."
"Iya."
Hanin memberikan Angel pada Hanan, lelaki itu tidak paham cara menggendong bayi. Hingga saat ia akan mengambilnya, ia melakukan kesalahan yang menyebabkan Angel hampir terjatuh.
"Hanan!" panik Hanin.
"Aduh, maaf. Gue nggak paham," Hanan ikut panik.
"Gue jantungan tau!"
"Mana sini gue rasain," ucap Hanan sembari tersenyum.
"Jangan bercanda deh! Cepetan tangan lo bener-bener!" tegas Hanin. Setelah ia rasa tangan Hanan sudah benar ia langsung memberikannya pada Hanan. "Dah sekarang lo duduk, dan tangan lo jangan kemana-mana, pegang dia! Awas aja!!"
"Iya Mama. Cepetan buatin aku susu," ucap Hanan dengan suara dibuat seperti anak-anak. Hanin langsung pergi membuat susu dan bubur.
"Sayang ... sayang ... sayang ... cup ... cup ... cup ... Cantiknya, anak ciapa ni? Jangan nangis lagi ya, liat nih papa kamu ganteng," ucap Hanan pada Angel. Alhasil, Angel benar-benar diam, hanya merengek sedikit saja.
"Linting daon ... suntik tangan ... hirup asap ... obat ditelan ... ingin terbang ... melihat bintang ... overdosis rumah sakit ... nyawa pun melayang." Hanan bernyanyi sembari mengayun-ayunkannya pelan. Angel benar-benar tidak menangis lagi, bahkan seperti hendak berbicara pada Hanan.
"Apaan sih nyanyi kayak gitu?" protes Hanin saat sudah datang.
"Dia diem kok, nih liat."
Hanin mengerutkan kening melihat Angel yang mengoceh tanpa tangisan.
"Kan. Oh berarti orang tuanya itu pengguna nar-"
"Heh! Jangan nebak-nebak, jadinya su'udzon!"
"Hahaha, siapa tau selama dia dalam kandungan nyanyi ini mulu." Hanan terkekeh.
Hanin duduk di samping Hanan, lalu mulai memberikan dot yang sudah terisi penuh dengan susu. Sesekali ia juga menyuapi dengan bubur.
Angel tampak lebih tenang dan kelihatan begitu lapar. Setelah selesai makan, Angel menguap beberapa kali.
"Dia ngantuk kayaknya, tidurin Nan," suruh Hanin.
"Iya, tapi habis itu nidurin lo ya," ucap Hanan dengan senyuman menggoda.
"Gue pulang aja deh, lo aja yang urus," ucap Hanin sembari mengalihkan pandangannya dan cemberut.