Saat tiba di mesjid, Hanin tetap di dalam mobil bersama Angel.
Hampir setengah jam barulah Hanan kembali.
"Lama sholatnya, banyak do'a, dzikir, atau sholatnya yang lama?" tanya Hanin.
"Banyak yang salah, hahaha .... "
"Apa yang salah?" tanya Hanin sembari meliriknya.
"Tadi gue sampe 4 raka'at, baru keinget kalau ini sholat subuh. Terus ngulang lagi, pas ngulang malah jadi 3 kali, ya udah deh sabar ulang lagi. Terus tiba-tiba mama gue nelpon, nggak berhenti-berhenti deringnya, jadi gue angkat. Tau nggak mama gue bilang apa?"
"Apa?"
"Tumben kamu sholat? Habis ketemu malaikat apa? Semalam nginap di neraka ya?" Hanan mencontohkah perkataan mamanya.
Hanin tergelak mendengarnya. "Terus dilanjutin sholatnya?"
"Yaiyah."
"Kirain nggak lagi. Bagus deh." Hanin menciumi pipi Angel berkali-kali.
"Duh jadi pengen nyium juga," ucap Hanan yang memperhatikannya.
"Nih." Hanin memberikan Angel.
"Bukan Angel-nya, tapi mamanya," ucap Hanan sembari mengelingkan matanya.
"Kan, apa gue bilang. Pasti ini anak lo, pasti lo tau mamanya, kan?" tuduh Hanin lagi.
"Ish, lo nggak peka. Kita kan papa dan mamanya sementara, jadi gue pengen cium mamanya nih. Boleh ya?"
"Enggak! Ayo sekarang ke panti asuhan," ajak Hanin dengan ketus.
"Cium dulu ya," rayu Hanan.
"Nggak! Apaan sih?!" kesal Hanin.
"Mau ya, gue pengen banget cium pipi lo," mohon Hanan.
"Apaan sih Hanan! Lo pikir gue ini cewek sembarangan?! Gue ada di sini cuma karena Angel, kalau nggak gue nggak mau berada di satu atap dan satu mobil berdua doang sama lo!" marah Hanin. "Hargain gue dong! Jangan sama-samain gue dengan cewek yang berada di sekeliling lo!"
Hanan terdiam. Kalau gitu gue males ngembaliin ni anak. Batinnya.
Setelah itu terjadi keheningan antara mereka.
"Aduh perut gue mules lagi, pulang dulu yuk," erang Hanan, entah kenapa disaat seperti ini perutnya harus sakit.
"Sakit perut gimana?" panik Hanin.
"Mau BAB." Hanan memutar mobilnya, keluar dari area masjid dan memilih kembali ke apartemennya.
"Yaudah di sini aja, kalau di rumah lo nggak bisa nahan sampe atas gimana?"
"Nggak enak, wc umum. Berbagai macam aroma."
Wajah Hanan sudah pucat. Saat sampai di parkiran apartemen, setelah mematikan mobil ia langsung berlari dengan kencang. Pintu mobil tidak ia tutup lagi, untung saja lancar hingga ia sampai di wc.
Hanin pun ikut masuk, dan Angel tidur lagi. Hanin hendak melihat pemandangan kota di pagi hari, karena itu ia memilih ke rooftop sembari bersantai.
Tidak lama setelah itu, terdengar suara Hanan keluar kamar mandi.
"Alhamdulillah, akhirnya lega juga."
Hanin menoleh, ia langsung membelalakkan mata dan mengalihkan atensinya.
"Hanan! Kenapa sih pake celananya nggak di dalem aja!!"
Dengan santainya lelaki itu, menenteng celana levisnya keluar.
"Eh ada lo, hehehe maaf!" ia hanya menyengir kuda. Setelah itu langsung memakainya.
"Udah nih. Ayo ke panti asuhan. Cape juga ngurusin ni anak."
"Beneran udah!"
Hanin menoleh perlahan, dan ternyata ia memamg sudah siap.
"Nan, ini udah pagi. Gue takut ada yang liat kita. Lo ada kacamata, masker, sama jaket nggak?" tanya Hanan.
"Gue nggak takut. Lo aja yang make, biar gue cariin," ucap Hanan sembari menuju kamarnya.
Tidak lama setelah itu ia keluar dengan jaket kulit, sebuah masker hitam, lengkap dengan kaca hitam. Ia meletakkan itu semua di sofa. Kemudian mengambil alih Angel. Mereka layaknya suami istri.
"Lo nggak pake."
"Biar aja."