Kala Bulan Menemui Malam

Devi Wulandari
Chapter #7

Viral

"Hanan!!" teriak Rano dari lantai atas saat Hanan baru saja masuk.

"Aduh mampus gue," panik Hanan.

"Tu anaknya tu Pa, hajar aja," ucap Mira, mamanya yang baru saja turun di tangga membawa Navin, adik kecilnya.

"Hajar! Hajar! Hajar!" teriak Raka kegirangan.

"Pa, ampun Pa. Iya-iya maaf," ucap Hanan sembari menyatukan talapak tangannya.

"Kamu ya!" Rano melepaskan sendalnya lalu melempar ke Hanan. Hanan mengelak.

Rano yang geram langung berjalan dengan cepat lalu mengejar Hanan yang sudah berlari mengelilingi rumah.

"Jangan lari kamu! Hanan!" teriak Rano sembari mengejarnya.

"Ampun Pa! Nggak lagi-lagi deh," mohon Hanan.

Mira hanya memperhatikan saja sembari duduk di sofa, dan Raka adiknya tertawa melihat papa dan kakaknya yang kejar-kejaran.

"Aduh!" Hanan tersandung dan jatuh. Itulah kesempatan papanya menjewer dengan kuat telinganya.

"Mau lari kemana lagi haaa?" geram Rano. Ia memaksa Hanan untuk berdiri.

"Ampun Pa, iya tau Hanan salah," ucap Hanan.

"Papa nggak butuh pengakuan kesalahan kamu. Karena kamu memang salah!" Rano memukul kepala belakang Hanan. Kemudian mereka duduk di sofa.

Rano memukul tengkuk Hanan berkali-kali. "Bandel banget!!" geramnya. Kemudian melepaskan jerewan di telinganya.

"Iya maaf Papa, maaf tuan." Hanan mengambil tangan Rano lalu menciumi punggung tangannya berkali-kali.

Kemarahan Rano ini adalah karena Hanan yang berani memberikan gratis untuk club-nya malam itu, bahkan tanpa izin kepadanya. Bukankah itu sebuah kerugian besar? Tapi untung saja kekayaan mereka berlimpah dan banyak, usaha milik papanya banyak, sangat maju dan berkembang pesat, karena itulah Hanan selalu bebas melakukan apa saja jika mengenai uang.

"Kemana aja kamu semalam? Papa tau nggak Pa? Tadi pagi dia mama telpon, katanya lagi sholat subuh," cerita Mira.

Rano mendengus.

"Dari mana kamu?" tanya Mira lagi.

"Hanan di apartemen, terus mau pulang mumpung masih ada waktu sholat ya sholat lah," jawab Hanan sembari memegang pipi Alif.

"Kak, cariin aku guru ngaji dong. Pengen belajar ngaji tapi di rumah aja," celoteh Raka yang baru duduk di bangku SD kelas dua.

"Iya Nan, kalau kamu ada kenalan guru ngaji yang bisa disuruh ke rumah, atau kamu punya temen," sahut Mira.

Rano menahan tawa. "Kok minta cariin guru ngaji ke Hanan, mata jelalatan gitu. Mana mungkin dia kenalan orang-orang baik," ejek Rano.

"Pa, ingat. Hanan anak siapa? Pasti papa dulu juga jelalatan, play boy. Ya, kan?" tuduh Hanan sembari menunjuk papanya.

"Walaupun Papa jelalatan, liat yang Papa dapat orang kayak mama kamu," ujar Rano sembari mengalihkan wajah ke arah lain.

"Pasti dulu mama ini sexy, makanya papa tertarik."

Mira memukul paha Hanan. "Kalau ngomong jangan sembarangan."

"Mama kamu tu dulu sekretaris OSIS, dia aktif, cantik lagi. Kalem, ahk udahlah kalau diingat-ingat pengen kembali ke masa itu," cerita Rano sembari tersenyum. Begitu juga Mira. "Nan, seburuk-buruknya cowok, pasti berharapnya dapat istri yang baik," lanjut Rano.

"Hanan nggak ada kok pacaran sama cewek-cewek nggak baik. Hanan juga lagi cari menantu yang pas untuk papa sama mama, nggak mungkin juga sembarangan," jawab Hanan.

"Iya, tapi jangan main sana-sini, bisa aja dapat yang nggak baik nantinya," ketus Mira.

"Nggak mungkin juga Ma, Hanan mau punya anak padahal masih muda," ucap Hanan.

"Baguslah."

Setelah itu hanya ada pembicaraan Mira dan Rano tentang putra kecilnya yang tengah tumbuh dan berkembang.

Hanin. Batin Hanan saat mengingat-ingat tentang guru ngaji yang dibutuhkan Raka.

"Aha!! Ma, Pa. Besok malam Hanan bakal bawak guru ngajinya kesini, dan sebagai balasannya mobil baru," ujar Hanan membuat kedua orang tuanya mengalihkan atensinya.

"Asalkan guru bener, bukan orang-orang di club malam itu yang kamu sulap jadi guru ngaji, terus ngajar adik kamu asal-asalan nanti," kata Rano.

"Enggak Pa. Ini dijamin, bisa ngajarin Raka sampe dunia akhirat!" tegas Hanan.

"Oke. Mudah-mudahan kamu benar, setelah seminggu adik kamu belajar dan bagus, mobil baru siap meluncur," tantang Rano.

Lihat selengkapnya