Kala Bulan Menemui Malam

Devi Wulandari
Chapter #8

Direndahkan

Hanan berdecak kesal. Tersebar gosip bahwa Hanan sudah memiliki anak dari hubungan terlarang, dan ia menyembunyikan identitas wanita itu.

"Lo inget Hanin?" tanya Hanan pada Yudha.

"Yang gue bilang kembaran lo? Yang cantik itu? Jadi dia ibu dari anak lo?!" kaget Yudha langsung.

"Ya bukanlah! Gini ceritanya." Hanan mulai menceritakan segalanya dari awal hingga Angel diadopsi oleh pasangan suami-istri.

Yudha terkekeh geli mendengar ceritanya. "Untung aja ada tu debay ya Nan," ucapnya.

"Hahaha .... Iya. Kalau enggak, emmm .... "

"Kalau enggak, kalian yang punya debay, hahaha .... " Yudha tertawa renyah.

"Lagian tu debay, rewel banget. Nangis mulu, nggak mau digendong sambil duduk, coba aja mau, kan bisa ambil kesempatan," ujar Hanan.

"Ya kali Hanin mau, nggak mungkin lah!"

"Walaupun tampilan gue gini, gue nggak pernah kasar dan marahin cewek, dan masalahnya gue juga nggak pernah ditolak cewek, masalahnya lagi dia marahin gue nggak tau mau jawab apa, gue jadi bisu dimarahin. Hidup gus udah terlalu indah tanpa penolakan wanita manapun, eh malah dia berani nolak gue," lanjut Hanan.

"Makanya jadi cowok jangan nafsuan mulu!" Yudha menoyor kepala Hanan.

Hanan menghela nafas pelan. "Dia cantik, badannya bagus. Kalau dia sexy gue jamin dia bisa jadi gandengan gue. Eh malah ukhti-ukhti. Tapi Yud, dia nggak kayak ukhti pada umumnya," seru Hanan bercerita.

"Gimana emang?" tanya Yudha penasaran.

"Biasanya para ukhti itu identik dengan orang yang kalem, dia kalem sih. Terus omongannya pelan, lemah lembut, ya gitulah kayak tanaman putri malu. Tapi dia enggak, dia cuek, gue ketus dia ketus, dia suka marah, lemah-lembutnya jarang, mukanya datar mulu, senyum kalau gue ngelawak aja dikit-dikit. Tapi .... "

Seorang pelayan caffe datang dan membawakan kopi pesanan mereka.

"Tapi, dia itu punya masalah hidup kayaknya. Dia nggak bahagia, gue yakin! Dia Yudh, beberapa kali bilang 'kehidupan gue nggak kayak Hanan.' " Hanan menirukan perkataan Hanin.

"Pertama kali ketemu dia, keliatan sih aura orang kayanya, tapi setelah gue ketemu lagi, dia kayak orang susah. Terus motornya hilang, dia nangis, keliatan banget dia punya masalah hidup. Tu cewek kenapa ya?" tanya Hanan.

Yudha hanya mendengarkan saja, lalu menyuruput kopinya.

"Lo tau nggak Nan"

"Apa?"

"Dia cewek pertama yang lo ceritain seseru ini, dia cewek pertama yang mau lo ceritain. Banyak kok lo deket cewek ya masalah hidupnya banyak, yang bunglon juga banyak. Tapi nggak kayak dia," teliti Yudha.

"Ujung-ujungnya pasti cinta-cintaan ni. Males gue dengernya. Gue udah nggak sabar denger dia ngomong tentang gosip ini." Hanan tidak pernah suka pembahasan tentang cinta. Semua orang selalu punya masalah cinta, karena itulah ia tidak mau.

"Buka HP lo mungkin aja dia udah chat."

"Males gue, pasti udah banyak yang chat buat nanya, banyak juga yang nge-tag gue untuk penjelasan. Males!!"

Tidak lama setelah itu, benar saja ada telpon dari Hanin. Hanan langsung memperlihatkannya ke Yudha, kemudian barulah mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Gue harap lo tau apa alasan gue nelpon lo."

"Iya tau."

"Jangan sampai bawa-bawa gue ya. Boleh lo kasih tau ke orang-orang, tapi jangan gue keseret."

"Iya. Nanti gue cerita yang lain, bohong dikit lah."

"Terserah."

"Tapi bohongnya bawa-bawa lo, ya kayak yang fitnah itu." Hanan tersenyum bersama Yudha.

Hanin terdiam, ia pun kini tengah bingung harus menjawab apa.

"Hanin." Sebuah panggilan dari orang di seberang sana terdengar sangat jelas.

"Iya Tante."

"Besok pulang sekolah ke salon. Ingat perawatan," ucap orang itu yang merupakan Caca.

Hanan dan Yudha memasang kuping agar tidak salah dengar.

"Iya."

"Oh iya motor kamu dijual aja ya."

"Hah? Buat apa?" tanya Hanin.

"Untuk uang jajan kamu lah. Kan ada mobil ada supir, untuk apa motor?"

Lihat selengkapnya