Kala Bulan Menemui Malam

Devi Wulandari
Chapter #10

Satu kamar

"Hanin Sayang. Baru aja kebuka mulut lo untuk teriak, gue bisa aja buat lo udah baring dikasur bareng gue. Gue juga bisa buka mukenah yang lo pakai, bahkan baju lo. Mau?" ancam Hanan. Hanin menghela nafas kasar, dan mengalihkan pandangan. Ia tidak suka dengan ancaman kala ia tak berdaya seperti ini.

Rumah ini kosong, tidak ada siapa pun. Sedangkan Hanan laki-laki yang bisa melakukan apapun, bahkan melecahkannya, jika hanya berdua di satu rumah seperti ini, bahkan di kamar yang sama.

Hanan pasti bisa membungkam mulutnya begitu saja dan menaklukannya. Hanin sudah membayangkan apa yang bisa terjadi padanya, jika Hanan nekat.

"Nan, gue mohon baik-baik deh. Ini tu nggak pantes, perbuatan salah, nggak bener, nggak baik, keluar deh," ujar Hanin dengan lembut.

Hanan menghela nafas kasar. Lalu berdiri, dan mendekati Hanan. Ia terus berjalan dan membuat Hanin mundur dan tersandar di dinding. Jarak mereka tidak terlalu jauh.

"Nan .... " Hanin tidak menatap mata Hanan, ia hanya menatap dada bidangnya.

"Lo bukan siapa-siapa gue. Gue nggak takut sama lo! Gue bisa ngelakuin apa aja ke lo. Kalau dulu karena ada Angel makanya gue nggak mau macem-macem, sekarang kan beda. Kita cuma berdua, duuh .... Nin, gue nggak tau entah bisa atau enggak nahan keinginan buat nggak nyentuh lo, nggak terlalu macem-macem kok Nin, cuma pengen nyium doang sama meluk, hahaha .... Tapi, kalau lo berani ngatur gue, gue bisa ngalakuin hal yang lebih. Ngerti?" jelas Hanan.

Hanin hanya diam. Pasrah dengan keadaan dan tidak akan membuat lelaki itu nekat melakukan apa yang ia mau.

Hanan memegang kedua belah bahu Hanin. Tapi gadis itu menolak.

"Cukup diem! Dah, gue janji nggak ngelakuin apapun ke lo! Oke!" ucap Hanan. Hanin menunduk diam.

Kemudian Hanan menjauh lalu kembali berbaring di kasur. "Adem banget tidur di sini kayaknya. Gue tidur ya Nin, hehehhe ... Aura kamar lo bikin gue ngantuk. Bentar aja. Lo jangan kemana-mana, janji bentar aja," kata Hanan. Ia menatap Hanin yang cemberut.

"Nin, kita kan nggak ngapa-ngapain? Gue cuma numpang tidur, lo kan bangun dan nggak tidur di samping gue. Jadi ya santai aja, selagi nggak ada yang nemuin kita kan aman. Makanya jangan manggil orang, ntar lo difitnah," jelas Hanan agar Hanin tetap santai.

Hanin diam.

"Oh iya. Pintu depan udah gue kunci kok, tenang aja, pintu kamar ini juga udah gue kunci tu." Hanan menunjuk pintu.

"Serah lo," ucap Hanin pasrah. Hanan tersenyum, lalu mulai memposisikan dirinya untuk tidur dengan nyaman.

Hanin membuka ruang chat dengan Caca.

Hanin.

Hanin besok aja ke salon. Masih ada kerjaan di sekolah.


Sembari menunggu Caca membalas pesannya, ia memperhatikan Hanan, perusak hidupnya belakangan ini. Sebuah notifikasi mengalihkan atensinya.

Tante Caca.

Oke. Tante nggak pulang ya, nginap di hotel malam ini.

Oke.

Hanin mematikan HandPhone-nya. Ia perhatikan Hanan yang sepertinya sudah terlelap.

Hanan beranjak ke kamar mandi. Lalu kemudian mandi dan memakai pakaian lengkap dengan hijab dan kaus kaki di kamar mandi. Ia juga tidak lupa mengunci pintu, kesalahn terbesarnya adalah tidak mengunci pintu dan membuat lelaki gila itu masuk seenaknya.

Hampir setengah jam ia baru keluar dari kamar mandi. Dering yang berasal dari HandPhone Hanan tidak berhenti sedari tadi.

Hanin penasaran, lalu naik ke atas kasur. Hanan tidak tidur dengan sempurna, hingga pergerakan dan bunyi-bunyi masih dapat ia dengar dengan jelas. Hanya saja ia malas mengangkat telpon itu.

Wangi banget ni cewek. Astaghfirullah, jangan sampai gue khilaf. Batinnya saat Hanin baru keluar dari kamar mandi, ditambah lagi ia naik ke kasur.

Hanin melihat HandPhone itu, bebera pesan masuk yang terlihat dari layar utama. Dalam pesan ini yang dapat dibaca Hanin ialah, Angkat telpon gue Hanan, ini penting.

Tidak lama setelah itu, telpon itu kembali masuk. Awalnya Hanin bingung tapi ia juga penasaran sehingga ia memilih untuk menjawabnya.

"Hallo Hanan! Kok nggak angkat telpon dari gue sih dari tadi!" sambar seorang wanita dari seberang sana.

"Hanan! Jawab dong! Kok diem aja?"

Hanin masih ragu, menjawab atau tidak.

"Hanan!!"

"Ha-Hallo."

"Lho kok cewek? Lo siapa?"

"Tem-calon istrinya Hanan," jawab Hanin dengan lantang.

Hanan menahat kaget secara diam-diam.

"Hah? Masa sih."

Lihat selengkapnya