Kala Bulan Menemui Malam

Devi Wulandari
Chapter #14

Jujur

Ketiga sahabatnya itu memeluk Hanin setelah Hanin bercerita penyebab ia dikeluarkan dari rumah. Tapi ia tidak mengatakan bahwa adik Hanan yang ia antar.

"Kita kan keluarga lo," ucap Ella pelan.

"Ingat ya, kalau sempet lo nggak anggap kita keluarga, gue nggak mau liat muka lo!" ancam Ranty.

Hanin terkekeh. Setelah mendengar sahabat-sahabatnya yang begitu sayang padanya, Hanin merasa janggal dengan kisah Hanan dan Angel.

"Udah, jangan sedih lagi. Nanti Tante Caca bakal kena azab!" celetuk Asti.

"Heh!"

"Hahahah .... "

"Eh ngomong-ngomong siapa tu cowok Nin?" tanya Ella penasaran.

"Sekilas gue liat kayak temennya Hanan, yang kemarin nyamperin kita di club," jawab Hanin.

"Serius lo?!"

"Yang bener!"


"Iya, mereka emang deket. Nggak cuma sama tu cowok, sama Hanan juga. Lo liat tadi, kan?" tanya Hanin pada Asti.

"Iya-iya, keliatan kok Tante Caca deket sama Hanan," jawab Asti setuju.

Hanin mengangguk.

"Ternyata mereka demen tante-tante ya," ucap Ranty.

"Gue udah bilang kok sama Hanan, tapi dia bilang cinta nggak mandang usia," ucap Hanin santai.

Tatapan ketiga sahabatnya itu langsung menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

Benar kata orang, jika berbohong sekali maka akan terus berbohong untuk menutupinya. Kini, apakah Hanan harus kembali berbohong?

"Astagfirullah, gue keceplosan," ucap Hanin sembari menutup wajahnya.

"Kapan bilangnya?"

"Kapan tau kalau mereka dekat?"

"Lo nggak cuma kenal kan sama Hanan?" tanya Ella, menatapnya intens.

"Udah ahk gue mau tidur," ucap Hanin sembari terbaring.

"Tidur lo nggak akan nyenyak selama belum cerita semuanya! Semua!" tegas Ella.

"Sampai ke lo yang sering melamun setelah kemarin diantar pulang sama Hanan!" tegas Asti juga.

"Kita bikin list pertanyaan aja yok, seru kayaknya!" seru Ranty.

Hanin kembali duduk.

"Ayok! Gue nggak sabar dengar jawabannya, hahahha .... "

Hanin mungkin tidak akan ragu untuk menceritakan segalanya, tapi bagaimana dengan kejadian yang tidak bisa ia lupakan. Saat bibir Hanan menyentuh bibir lembutnya, bahkan Hanin menerimanya. Bukankah itu sebuah aib yang tidak perlu diceritakan pada siapa pun.

Tapi jika ia berbohong, maka kebohongan apa yang harus ia katakan, sehingga menyebabkan ia terus melamun. Tapi, setidaknya dengan list pertanyaan Hanin juga sedikit tenang, karena ia tidak akan memberi tahu apapun jika tidak sesuai pertanyaan, dan ia harap tidak ada pertanyaan yang menjebak.

"Pulang ke rumah atau nggak waktu dia nganter?" tanya Asti. Hanin mengangguk.

"Ke salon diantar dia juga atau nggak?" tanya Ella. Hanin menggeleng.

"Diantar siapa?" tanya Ranti.

"Nggak diantar siapa-siapa," jawab Hanin.

"Jadi? Pergi sendiri?" tanya Asti. Hanin menggeleng.

"Jadi gimana? Yang jelas dong! Gue emosi ni!" tegas Ella.

"Nggak ke salon. Kita di rumah aja."

"Kita?" tanya Asti dengan menekan kata yang ia ucapkan.

"Gue sama Hanan," jawab Hanin.

Tentu saja ketiga temannya ini kaget.

"Ngapain di rumah?" tanya Ranty.

"Duduk-duduk aja, dengerin musik. Ya gue tau dari situ kalau mereka deket sama Tante Caca, apalagi Yudha," jelas Hanin.

"Pantesan aja Galang curiga, karena Hanan nggak mungkin lurus-lurus aja," sahut Ranty.

Lihat selengkapnya