Kala Bulan Menemui Malam

Devi Wulandari
Chapter #15

Nama Yang Sama

Begitu pintu terbuka. Raka langsung berlari masuk ke rumah dengan teriak sembari menangis.

"Mama!!"

Mira langsung memandangnya. Mereka satu keluarga tengah berada di ruang tamu, dengan Navin yang digendong Rano.

Raka langsung memeluk Mira.

"Ma liat. Gara-gara anak Mama kepala Hanin berdarah gini," lapor Hanan langsung.

Mereka mengalihkan atensinya pada kepala Hanin yang luka dan tisu yang Hanin pegang berdarah.

"Ya Allah, Raka. Kamu ngapain?!" bentak Mira.

"Maaf Ma," ucap Raka dalam tangisnya.

"Kamu nanti dilaporin ke polisi mau?" tanya Mira.

"Nggak Ma. Nggak, Raka takut," jawab Raka.

"Ma, mending Papa aja yang ngurus dia. Luka Hanin itu udah lama, dan belum diobatin," suruh Hanan.

"Sana, sama papa kamu," suruh Mira.

"Mbok, tolong pegangin Navin dulu," panggil Mira.

Hanan mengambilkan kotak P3K. Kemudian Mbok Sina mengambil Navin, dan Rano menggendong Raka membawanya masuk ke kamar.

"Sini Hanin," ucap Mira. Lalu Hanin duduk di hadapannya. Hanan duduk di samping Mira.

"Tante minta maaf ya Hanin. Raka emang gitu orangnya, makanya Tante takut banget biarin dia kemana-mana," ujar Mira sembari mengobati Hanin. "Tapi dia nggak bakal gitu kalau nggak ada sebab."

"Tadi, ada temennya yang ngejek-ngejek, itu Hanin denger dari cerita temennya."

"Nah itu penyebabnya. Raka itu jangankan diejek, disuruh atau ditanya sedikit aja, dia bisa langsung ngamuk," ujar Mira.

"Kemarin aja cuma ditanya kenapa nggak ngerjain PR langsung ngamuk gitu juga," tutur Hanan.

"Dia kalau udah marah beda banget. Dia langsung lempar semua barang-barang, terus ngamuk, lempar ke lantai atau ke orang itu. Makanya Tante khawatir kalau dia pergi ke pengajian gitu. Hanan juga udah bilang nggak yakin, tapi Raka yang nyanggupi, yaudah coba aja dulu. Eh malah gitu, kan?" jelas Mira.

Hanin hanya tersenyum.

"Kemarin Hanan yang nyanggupi mau cariin guru untuk datang ke rumah, eh dia malah nggak ketemu," ujar Mira sembari melirik Hanan dengan sinis.

"Ketemu sih Ma, ya Hanin. Tapi ada masalah dikit, jadi ya nggak jadi," ucap Hanan.

"Beneran?"

"Iya Ma."

"Masalah apa kalau Mama boleh tau?" tanya Mira dengan senyuman dan melirik Hanan. Ia juga melihat Hanin yang menatapnya seakan menyuruh Hanan diam.

"Biasa lah Ma, anak muda."

"Kalian udah kenal deket ya?" tanya Mira.

Hanin mengangguk.

"Orang yang Mama tuduhin istri dan anak Hanan di foto itu ya dia juga," ujar Hanan.

"Hah? Masa?"

Hanin melotot ke arah Hanan.

"Iya Ma," jawab Hanin.

"Ya Allah. Bisa ya gitu, jangan-jangan kalian jodoh lagi," ucap Mira dengan mengerlingkan mata pada Hanin.

"Maunya sih gitu," ucap Hanan sembari tersenyum. Hanin hanya diam, ia canggung berada di dekat orang baru.

"Dia jahat nggak sama kamu selama jagain bayi itu? Atau selain itu?" tanya Mira.

"Nggak kok."

"Hanin, jangan canggung gitu dong sama Tante. Anggap aja Tante keluarga kamu ya," pinta Mira dengan ramah.

Hanin tersenyum sembari mengangguk.

"Tau ni Ma, padahal kalau dia sama Hanan mana ada canggung-canggung," ujar Hanan.

"Mungkin dia nyaman sama kamu."

Hawa panas seakan menyelimuti Hanin. Hanan tersenyum senang. Begitu juga Mira.

"Nah udah nih. Sekali lagi Tante minta maaf ya Sayang, makasih juga," ujar Mira.

"Iya Tante nggak papa."

"Hanin dipanggil sayang, Hanan kok nggak pernah sih Ma?" protes Hanan.

Mira memukul lutut Hanan. "Kamu udah gede!"

"Lah, jadi Hanin tu masih anak-anak?" heran Hanan.

Hanin tertawa mendengarnya.

"Mama mau aja manggil kamu sayang, asalkan nggak pernah keluar malam lagi, nggak foya-foya, nggak main sama cewek. Boleh deket cewek tapi jangan yang pakaian kurang bahan, yang peminum," tutur Mira.

Lihat selengkapnya