Saat Hanin hendak menutup matanya dan tertidur sebuah notifikasi chat masuk. Dari nomor baru.
0812********
Hanin, gue Yudha, mau ketemu dan ngomong langsung sama lo.
Hanin
Gue nggak mau ketemu dan ngomong sama siapa-siapa.
Hanin langsung mematikan HandPhone-nya. Lalu mengalihkan badannya menghadap ke arah rooftop di mana ia menjatuhkan diri.
"Kayak ada mama tadi," ucap Hanin sembari meneteskan air mata.
~~~~~~~~~~~~~
Hanin di rooftop di kelas karena rutukan ketiga sahabatnya setelah tahu ternyata Hanan mengancamnya habis-habisan dan membuatnya berada di satu kamar yang sama. Ia juga kesal dengan Yudha yang mengatakan segalanya di depan semua orang.
Ketiga sahabatnya itu lebih kesal lagi karena ia tidak mengatakan bahwa ia diancam dan berada di kamar berduaan, ia malah berbohong seolah Hanan lelaki baik dan merupakan tamu biasa di sebuah rumah.
"Biasanya untuk menutupi kebohongan yang satu dia akan membuat kebohongan yang lain," ujar Asti.
"Kebohongan apa sih?" tanya Hanin frustasi.
"Jujur Nin, sesuatu apa yang lo tutupi lagi?" tanya Ella dengan tegas.
"Nggak ad-"
"Sumpah! Hanan nggak ada ngelakuin apa-apa ke lo! Atau lo lagi nutupinnya," tegas Asti. Kini mereka sedang berada di rooftop, dan Ella sudah memastikan tidak ada siapapun.
"Ya Allah, gue harus bilang apa coba?" tanya Hanin.
"Gue curiga. Lo aja nutupin ini ke kita, sekarang ceritain semuanya yang terjadi sama lo dengan Hanan, tanpa terkecuali!!" tegas Ranty.
Mendengar ocehan ketiga sahabatnya itu yang sedari tadi memaksa untuk menceritakan segalanya.
Hanin pasrah, ia menghela nafas pelan. "Oke-oke, tapi setelah ini jangan ilfeel atau jijik sama gue ya, atau ngata-ngatain gue, gue nggak mau kalian ngejauh gara-gara ini," jelas Hanin.
"Nah kan apa gue bilang," ucap Asti.
"Udah lo diem dulu!" bantah Ranty, tak sabaran.
"Janji dulu," ucap Hanin.
"Ya Allah Hanin, psycho pun elo tetep kita temenin, pelakor pun kita temenin, eh nggak deng, males!" celetuk Ella.
"Bau-baunya ini perzi-"
"Heh! Diem! Cepetan Nin cerita!" bantah Ranty pada ucapan Asti.
"Eh tapi dia ngancem lo apa sih Nin, perasaan kita marah tapi nggak tau dia ngancam tentang apa," tanya Ella penasaran.
"Dia ngancem mau ngapa-ngapain gue kalau gue berani marah, melawan, atau teriak," jawab Hanin.
"Bener-bener ya tu cowok!" geram Ella.
"Yaudah cepetan bilang, kalian ngapain gue nggak sabar tau!" kata Ranty.
Hanin berdecak kesal. "Gue sama Hanan, emm .... "
"Bikin debay?" celetus Asti.
"Enggak!" bantah Hanin. Asti tertawa diikuti kedua temannya.
"Gue sama Hanan." Hanin menghela nafas pelan, lalu menyentuh bibirnya.
"Hah!?" kaget mereka kompak, mereka menatap Hanin tak percaya.
"Berarti lo marah? Lo teriak? Atau lo mukulin makanya dia ngelakuin itu?" tanya Asti histeris.
"Aduh guys, gue malu banget ceritain ini. Hanan tu nggak ada ngancam sama sekali saat itu," ujar Hanin sembari menutup wajahnya.
Ranty yang tadinya berdiri langsung duduk di samping Hanin.
"Jadi lo nggak diancam dan lo nggak nolak?" tanya Ranty dengan melotot.
Hanin mengangguk pelan.
"Ya Allah, Hanin," ucap Ranty tak percaya.
"Gue nggak bisa bilang apa-apa," kata Ella, sembari melipat tangan di dada dan tidak bisa mengatakan apapun.