Dengan hati yang semakin kesal dan gelisah, Hanan melempar HandPhone ke dinding. Tidak peduli jika HandPhone itu akan rusak.
Baru saja temannya mengirimkan foto pada Hanan. Yaitu foto Hanin dan Yudha yang berada di caffe. Kekesalannya semakin bertambah saat temannya mengatakan bahwa mereka duduk cukup lama di sana, mulai jam delapan hingga pukul setengah sebelas.
Temannya itu bukan melapor, tapi sekedar bertanya siapa wanita itu dan apakah itu kekasih Yudha.
"Jangan-jangan waktu malam gue nganter Hanin. Yudha deketin dia atau mereka malah mesra-mesraan, atau ngomong berdua sampai buat Caca marah, yaaa .... " tebak Hanan.
"Oke nggak papa. Kita liat aja dalam tiga hari ini, kalau mereka masih keliatan dekat, gue buat Hanin benar-benar jadi bekas gue seutuhnya, setelah itu baru gue sebarin," dendam Hanan lagi.
Dua ketakutan yang Hanan alami, yaitu takut Hanin jadi milik orang lain, dan takut Yudha lah yang menjadi pemiliknya. Ia benar-benar tidak rela itu terjadi.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Lagi dan lagi, teman sekelasnya menyudutkan Hanin. Ia hanya duduk santai sembari memainkan HandPhone. Pertanyaan dari banyak orang di sekolah ini sudah membuatnya lelah, dan kini gantian teman sekelasnya.
Mungkin Galang adalah lelaki yang jatuh cinta padanya. Hingga setiap Hanin diketahui dekat dengan lelaki lain, ia pasti terlihat seperti orang yang kesal dan cemburu.
"Udahlah Nin, jujur aja sebenarnya siapa sih pacar lo? Yudha atau Hanan?" tanya Angel teman sekelasnya.
Hanin tidak menjawab. Apapun yang ia katakan pasti tidak dipercayai.
"Persahabatan emang mudah hancur karena cewek," ucap Rayhan. "Ya nggak Gal?" tanyanya pada Galang meminta persetujuan.
"Yoi."
"Eh, Yudha bilang apa Gal waktu udah lo lerai mereka?" tanya Risa.
"Dia mau ngomong sama Hanin," jawab Galang cuek.
"Gimana Nin? Udah resmi jadian?" tanya Risa.
"Gue pengen juga tau direbutin cowok kayak gitu, ditarik ganti-gantian kayak gitu," ujar Dina.
"Ya kalau cowoknya baik-baik nggak papa. Tapi kalau kayak mereka berdua emang mau lo?" tanya Ella.
"Mau. Mereka kan ganteng."
"Jangan mau direbutin sama cowok kayak gitu, mereka nggak akan ragu jatuhin harga diri kalian kalau kesel banget," tutur Galang.
"Udah jatuh belum Nin harga dirinya?" tanya Risa santai.
"Apa sih maksud lo Sa?!" tanya Ella dengan kasar.
"Kok lo marah sih? Gue kan nanya Hanin," jawab Risa.
"Nggak usah sok nanyain harga diri orang lain, ngaca dulu," ujar Ranty.
"Eh maksud lo apa? Kalian ngomong gini kayak ngelindungin sesuatu yang ada di Hanin," ucap Risa.
"Udahlah guys. Biarin aja mereka bilang apa, yang penting kan kebenarannya nggak gitu," lerai Hanin. Ia juga takut mereka terpancing emosi dan malah mengatakan hal yang seharusnya ia tutupi.
"Jadi Nin, kalau boleh tau karena apa mereka bertengkar?" tanya Galang.
Hanin menghela nafas pelan. "Jadi Yudha mau ngomong sama gue, yang diomongin bukan tentang gue. Hanan juga mau ngomong sama gue. El, mereka emang udah slek, kan?" tanya Hanin.
"Iya, mereka udah slek."
"Jadi sama-sama nggak mau ngalah karena mau ngomong sama gue. Jadi, Yudha itu ngehina Hanan, ya dia nggak terima. Yaudah Hanan marah terus mukul Yudha. Pertengkaran mereka sama sekali bukan karena gue, itu karena Yudha yang salah ngomong," jelas Hanin.
"Permasalahannya itu Nin, yang mau mereka omongin itu apa?!" tanya Risa dengan tegas.
Seisi kelas bersautan menyetujui peekataan Risa.