Kala Bulan Menemui Malam

Devi Wulandari
Chapter #26

Keluarga Hanan

Mata Hanin mengerjap beberapa kali, tangannya memegangi kepalanya yang sakit. 

Hanin kaget saat melihat Hanan di sampingnya.

"Kok lo ada di sini?" tanya Hanin. Ia langsung memandang ke sekeliling, ia masih berada di mobilnya.

"Lo tadi habis ngasih dua anak itu uang langsung pingsan. Karena gue nggak mau lo marah-marah ya gue bawa ke mobil lo aja," jelas Hanan.

Hanin melihat kursi supir yang sudah kosong.

"Supirnya mana?"

"Bawa motor gue."

"Eh gue harus nemuin Tante Caca. Dia udah nungguin, nanti dia marah lagi," panik Hanin. 

Hanan menghela nafas pelan, melihat keadaannya saat ini, Hanan tidak akan menjadi orang jahat.

Ia beranjak ke kursi supir. Siap menjadi supir untuk Hanin. 

"Cepetan Nan!" paksa Hanin. 

Sebuah dering telepon mengagetkan Hanin, karena nama Caca terpampang di sana. 

"Hanin."

"Iya Tante."

"Nggak jadi deh makannya. Tante ada urusan sama yang lain, kamu makan aja sendiri, lagian di sini makanannya udah pada habis. Makan di tempat lain aja."

"Oke Tante."

Hanin langsung mematikan sambungan telepon. Ia menghela nafas pelan. 

"Nan berhenti," ucap Hanin. Hanan langsung menginjak rem. 

"Kenapa?" 

"Nggak jadi nemuin Tante. Pulang aja deh," jawab Hanin.

"Lo lagi laper ya?" tanya Hanan. 

"Iya."

"Kenapa nggak makan?" tanya Hanan masih fokus menyetir.

"Nggak ada makanan di rumah," jawab Hanin sembari menyandarkan kepalanya. Tadinya ia masih mood untuk makan, tapi sekarang sudah tidak lagi.

Cacing diperutnya meronta-ronta, dan badannya terasa lemas karena tidak ada makan. Tapi ia juga tidak mau makan sendirian jika tidak ada Caca. Lagian siapa juga yang akan membayar makannya.

"Gue udah diceritain semuanya sama supir lo. Sekarang lebih baik kita cari makan, dari pada pingsan lagi, dan nggak bangun-bangun," kata Hanan sembari melihatnya dari kaca. 

"Cerita apa?"

"Tentang perut lo yang dilarang makan dari pagi tadi. Jadi Hanin, ini kan demi kebaikan lo, sekarang gue ajak cari makan tolong jangan nolak. Kita cuma makan kok, lagian juga karena lo yang udah kelaparan sampai pingsan gitu nggak ada salahnya kan makan bareng gue," jelas Hanan.

Kata-kata Hanan memang benar. Jika ia menolak maka sampai besok pagi pun ia tidak akan makan. Ini juga demi kebaikannya sendiri tanpa ada pemaksaan.

"Oke deh."

Hanan tersenyum senang. Tapi ia bingung harus membawa Hanin makan kemana. Ia ingin sekali membawa Hanin kerumahnya agar bertemu Mira tapi ia juga ingin berdua saja dengan gadis itu, jika di rumah pasti akan ada Mira yang akan terus memperhatikan Hanin. 

"Makan di mana?" tanya Hanan.

"Di mana aja, asal ngenyangin." 

Hanan membawa Hanin makan di sebuah restaurant seafood. Hanin tak menolak sama sekali. Ia turun dengan lemas dan berjalan di belakang Hanan.

"Tungguin gue ngapa sih," ucap Hanin saat Hanan berjalan lebih cepat darinya. 

"Oh iya ya."

Hanan memberikan rangkulan tangannya pada Hanin. Tanpa ragu gadis itu pun merangkul tangannya agar ia bisa berjalan lebih kuat. 

Tempat makan saat ini sedang tidak ramai pengunjung. Hanya dua meja yang terisi, itu pun hanya diisi oleh dua orang saja seperti mereka. 

Saat sudah duduk, seorang pelayan datang dan memberikan daftar menu. Setelah itu pergi. 

"Nan. Gue nggak ada uang, pinjam dulu ya. Tadi gue pikir makan sama Tante, ternyata nggak jadi," ujar Hanin ragu. "Uang gue ada kok di rumah, nanti langsung gue balikin," lanjutnya. 

Lihat selengkapnya