Kala Bulan Menemui Malam

Devi Wulandari
Chapter #2

Bayi Angel

Hanan merutuki perutnya yang terasa mulas, malam ini ia akan bermain bilyar dengan taruhan. 

Tapi rasa mulas tak dapat ia tahan, lima belas menit lagi ia akan sampai di tempat itu. Tapi mulas perutnya untuk dua menit pun tak dapat ia tahan. 

Hanan langsung berhenti di sebuah masjid, tanpa menutup pintu mobil ia begitu saja keluar dan berlari menuju wc


Hampir 10 menit, Hanan di dalam wc. Ia pun keluar dan merasa lega. 

Namun, tiba-tiba saja ia mendengar suara tangisan bayi. 

"Gila! Di mesjid ada setan?" heran Hanan, ia tidak merasa takut sama sekali.

Bahkan ia mencari keberadaan suara itu, Hanan penasaran seperti apa wujud dari suara itu.

Hanan berjalan ke tempat wudhu, suaranya semakin keras. Begitu kagetnya Hanan saat melihat sebuah keranjang di tempat wudhu dengan seorang bayi di dalamnya yang tengah menangis. 

"Eh setan! Bayi ni?!" tanyanya sendiri.

Hanan langsung melihat sekeliling, tidak ada siapa-siapa.

"Ini bayi beneran atau nggak sih?" tanya Hanan sembari meneliti. "Siapa sih yang buat anak tapi dibuang gini! Dasar manusia, berani berbuat, nggak berani bertanggung jawab!" ocehnya. 

Hanan bingung harus melakukan apa, bayi itu juga terus menangis tanpa henti. Sebuah suara motor yang parkir di halaman membuat Hanan sedikit lega.

Ia langsung berlari dan menghampiri orang itu, yang ternyata adalah Hanin.

"Eh kebetulan banget lo! Sini dulu!" ucap Hanan sembari menarik Hanin dengan memegang pergelangan tangannya.

"Kenapa?" tanya Hanin heran. 

Hanan tak menjawab, ia terus berjalan dan membawa Hanin ke dekat bayi itu.

"Anak siapa?" tanya Hanin panik.

"Nggak tau gue. Tadi gue kebelet, dia udah ada di sini nangis. Tenangin dong kasian tu!" suruh Hanan.

"Atau anak lo! Lo sengaja buang kesini biar ada yang ngambil," tuduh Hanin.

"Jangan sembarangan ya kalau ngomong! Gue juga punya hati nurani! Lagian gue pasti pake pengaman kok, mana mungkin jadi," jawab Hanan.

"Astaghfirullah. Jadi anak siapa? Mungkin ada yang nitip bentar, terus pergi. Nanti dibawa lagi," tebak Hanin.

"Ya logika aja, mana ada yang mau ninggalin di sini, kan dingin. Gue yakin ini pasti anak haram!"

"Jangan ngomong sembarangan!" tegur Hanin. Melihat bayi itu yang tidak henti-hentinya menangis, membuat Hanin tidak tega dan langsung menggendongnya. 

"Eh ada kertas," ucap Hanan sembari mengambil sebuah kertas putih, yang ditulis dengan komputer, bukan tangan manusia. 

Hanin mencoba menenangkan bayi itu. Sedangkan Hanan membacanya.

"Saya mohon maaf, saya memang pendosa. Saya tidak sanggup merawat anak itu, saya tahu saya berdosa. Tolong rawat dia, bayi ini nggak salah sama sekali. Tu kan apa gue bilang, ni orang memang bejat!"

Bayi itu sudah tidak menangis, dan tengah tertidur.

"Wah hebat juga lo diemin anak bayi. Jangan-jangan ini anak lo lagi," tuduh Hanan.

"Ya enggak lah. Gue aja baru dateng, gue tadi sholat isya di sini, uang gue hilang. Makanya balik kesini," jawab Hanin. 

"Ini aja udah jam setengah dua belas, bohong yaa .... " Hanan menunjuknya.

"Itu uang gue satu-satunya di bulan ini, kalau hilang gue mau jajan apa?" tanya Hanin. 

"Owek ... Owek .... " bayi itu kembali menangis.

Hanin langsung mengayun bayi itu pelan sembari mengelus-elus kain yang membaluti tubuhnya.

Lihat selengkapnya