Suara di dalam mimpiku itu bilang, “Kau harus mengikuti garis yang sudah ada,”. Aku tak mengerti maksudnya, dan pagi ini aku terbangun di kamar dan suasana yang sama seperti kemarin. Ibu dan Ayah masih tetap ada di rumah, aku tak menyingung soal mereka yang akan berangkat ke kerajaan utama ataupun tetap di rumah. Kali ini aku putuskan untuk menuju gua di mana aku mendapatkan guratan mantra kuno ini.
Kususuri hutan yang cukup rindang ini, pepohonan masih sangat lebat dan masih cukup banyak hewan-hewan kecil seperti kelinci, ayam hutan, tupai dan banyak lagi. Aku paling senang ketika menyusuri setapak menembus hutan di pagi hari, walaupun ini bukan pertama kalinya aku kemari tapi rasa senang itu tetap seperti 33 tahun yang lalu. “Aku harus cepat sampai di depan mulut gua itu sebelum mereka berdua,” pikirku, tanpa ancang-ancang aku langsung berlari ke arah sungai dekat gua itu berada.
Saat ini aku tepat berada di depan mulut gua, seharusnya sebentar lagi Indra dan Signus lewat di sekitar sini, memanggil dan menghampiriku. Mereka mengenaliku karena di bagian punggug jubahku terdapat bordiran pohon yang cukup besar. Ayah membelikanku jubah ini sehabis dari kerajaan Utama beberapa pekan yang lalu.
“Hey! Deva,” sapa mereka berdua dari kejauhan, sama persis seperti 33 tahun yang lalu dan mereka pun berlari mendekatiku.
“Maaf, aku kemarin tak bisa datang ke tempat ini lagi,” kataku membuka pembicaraan ketika mereka sampai.
“Ha…….? Aku tak mengerti maksudmu,” Sahut Signus sembari menoleh kearahku dengan sedikit kaget.