Saat ini, aku, Lana, Indra dan Signus sedang berada di depan gerbang kerjaan utama yang amat besar, tidak hanya kami berempat tapi banyak sekali orang-orang lainnya juga keluar dan masuk kerajaan utama yaitu Strejner. Bagiku di masa ini adalah kali pertama, namun sebelum aku kembali ke masa ini, sudah tak terhitung aku kemari dan mengelilingi kerajaan-kerajaan di Rodjord.
Butuh waktu 14 hari berjalan kaki dari desa kami yang berada di wilayah barat untuk sampai ke kerajaan utama Strejner. Bukan karena kami lambat, melainkan kami tak ada pilihan lain. Selain itu medan yang kami lalui cukup memakan tenaga, seperti naik turun bukit ataupun pegunungan Denali. Pegunungan itu yang memsiahkan desa-desa dan kerajaan-kerajaan kecil di bagian barat dengan timur wilayah kerajaan Strejener. Strejner adalah kerajaan utama yang memiliki banyak kerajaan-kerajaan kecil di wilayahnya. Stjerner yang mengatur segala peraturan, ekonomi, maupun pemanfaat sumber daya alam yang ada di wilayahnya.
Setidaknya selama 14 hari ini kami singgah di beberapa desa, dan kerajaan-kerajaan sepanjang jalan yang kami lalui. Jika terpaksa kami mendirikan tenda dengan kain tebal yang kami bawa, tak lupa juga dengan api unggunnya agar serangga dan hewan-hewan tak mendekati ketika kami saat malam tiba di hutan.
Ada alternatif lain yang cepat namun kami harus membayar mahal jika harus naik kereta api, dan stasiun terdekat berjarak 3 hari jalan kaki. Dengan membayar 5000 Zen perorang kami dapat dengan tenang sampai di kerajaan utama. Jika kuhitung, itu sama dengan baiaya makan dan penginapan di desa-desa kecil untuk 5 hari. Sementara uang kami hanya 1500 Zen perorang, terpaksa kami memilih perjalanan yang murah. Kedepannya nanti kami berempat akan sering bepergian menggunakan kereta api, selepas bergabung dengan tim ekspedisi Strejner.
Aku melihat mereka bertiga begitu antusias ketika kami sudah memasuki melewati gerbang pertama kerajaan utama. Sedari tadi aku tak terlalu mempedulikan mereka bertingah seperti apa, karena aku fokus untuk mencari Sol. Seorang guru bagi kami berempat yang kelak akan merekomendasikan kami untuk ikut bergabung ke dalam tim ekspedisi kerajaan.
Tuan Sol adalah orang yang tinggi, berjenggot, dan berambut putih panjang yang selalu diikatnya. Rambut putihnya bukan karena guruku itu tua, tapi karena ia sering menggunakan mantra-mantra yang bersifat negatif. Aku rasa keramaian ini tak dapat menyembunyikan guruku itu, karena penampilan yang teramat mencolok.
Sepanjang jalan menuju gerbang kerajaan bagian dalam untuk mendapatkan ijin masuk, aku terus mengawasi ketiga kawanku ini dari belakang dan membiarkan mereka berlaku sesuka hati sembari terus mencari orang dengan penampilan mencolok itu.
Banyak pedagang-pedagang kaki lima yang berteriak menawarkan barang dagangan mereka, “Hey nak, silahkan lihat-lihat, aku menjual kain-kain terbaik di seluruh penjuru Strejner,” tawar salah seorang pedagang.
“Kemari-kemari, aku menjual banyak barang-barang yang munking cocok untuk kalian,” kata seorang pedagang datang menghampiri kami berempat. Disaat mereka berhenti untuk melihat-lihat dagangan seorang, aku melihat guru nyentrik itu dari kejauhan keluar dari salah satu bangunan yang terdapat papan bergambar gelas. Rambutnya membuat dia paling mencolok di antara keramaian orang-orang.