Samar-samar aku mendengar suara yang harusnya sudah tidak pernah ku dengar sejak aku umurku 7 tahun. Terakhir yang kuingat aku berada di sebuah ruangan bawah tanah bersama beberapa orang-orang yang samar-samar aku ingat. Lambat laun kesadaranku mulai terkumpul, aku merasakan seperti tertidur di atas kasur empuk, berselimut kain lembut serta hangat dan bantal yang menyangga kepalaku.
“Deva, bangun! Sudah pagi!” teriak suara yang kukenali sebagai Ibu.
Hal pertama yang kupikirkan adalah, bagaimana bisa aku kembali di sini? Padahal aku sedang berada di ruang bawah tanah kerajaan, kepalaku agak sedikit sakit sejak aku membuka mataku dan mendapati diriku berada di kamarku saat aku kecil. Aku mengenali bahwa ini kamarku karena tepat di depanku ada sebuah lemari kayu, aku langsung bergegas bangun dari tempat tidur dengan keadaan pusing.
Dengan langkah gontai aku mulai berjalan menuju pintu kamarku, namun ada hal yang membuatku lebih terkejut ketika aku melewati cermin yang tergantung di sebelah rak buku. Seakan aku tak percaya apa yang sedang kulihat dengan kepala yang masih sangat pusing, aku sempat terdiam sejenak melihat apa yang ada di cermin. Karena tak percaya akupun merabai wajahku, “Kenapa aku kembali ke masa ini?”. Aku terus memandangi wajahku saat kecil, tak ada rambut panjangku, janggut, dan guratan tulisan kuno di sepanjangan tangan kananku hingga leher. Di lain sisi aku terus mengingat kejadian apa yang sebenarnya terjadi hingga aku kembali ke masa ini, 33 tahun yang lalu.
“Sudah bangun apa belum?!” Teriak Ibuku sembari membuka pintu kamar ini. Bersamaan dengan terbukanya pintu kamarku, kuberbalik arah dan memandangi Ibu yang sedang membawa centong kayu di tangannya. Aku harus tetap rasional di sini, karena aku tak mengerti kenapa aku kembali di masa ini.
“Hey ada apa?” Tanya ibu sembari menunduk di depanku, ibu kemudian meraih tanganku. Aku hanya menggelengkan kepalaku dan tak sepatah kata pun terucap dari bibirku.