Arfi juga lebih terkejut lagi ketika mendengar Lenka sangat ingin berkuliah bersama di kampusnya. Arfi menyarankan untuk mencoba dahulu untuk tes ujian di universitas negeri, tetapi Lenka menolak dan tetap dengan keputusannya tersebut. Lenka mengatakan bahwa dia nyaman saat bersama dengan Arfi dan berharap bisa terus disampingnya. Pernyataan itu terdengar semakin memberatkannya karena sudah sampai melibatkan masa depan perempuan tersebut. Padahal, Lenka merupakan siswi yang cukup cerdas dan juga mendapatkan rangking yang bagus di sekolahnya. Arfi berusaha menjelaskannya dengan sangat jelas serta sangat detail tentang jurusan dan kampus-kampus yang ada di Kota Bandung. Tapi nyatanya usahanya itu tidak membuahkan hasil. Arfi pun merasa kasihan kepadanya jikalau nanti Lenka salah mengambil jalan masa depannya.
Lalu Arfi pun mengajaknya berkeliling beberapa kampus yang berada di Kota Bandung. Mudah-mudahan dengan usahanya itu akan membuahkan hasil ketika Lenka sudah melihat fasilitas-fasilitas yang terdapat di kampus, lingkungan belajarnya, serta berbagai prestasi yang sudah pernah didapatkan oleh kampus tersebut. Namun, nyatanya tetap sama saja. Lenka tidak bergeming dan konsisten dengan pilihannya itu. Karena seringnya Arfi menjelaskan tentang kehidupan perkuliahan membuat hubungan mereka pun menjadi semakin mendekat. Perasaan lebih yang dia berikan pada Lenka membuatnya untuk lebih condong untuk memilihnya dibandingkan Kania ataupun Azizah.
Arfi pun menjadi tempat curhat Lenka jika sedang mengalami masalah dan juga tempat bertukar pikiran. Kondisi mental Lenka yang masih labih membuatnya lebih perhatian terhadapnya dibandingkan dua kadidat lainnya. Banyak sekali keputusan yang Lenka buat yang berasal dari nafsunya sendiri, kata orang lain dan hanya ikut-ikutan pilihan orang. Pendiriannya belum kuat sehingga Arfi menjadi riskan kalau meninggalkannya sendirian saat ini sebab teman-temannya Lenka tidak jauh berbeda dengannya. Arfi menjadi merasa bertanggung jawab dengan masa depannya Lenka dan kondisi mentalnya juga.
Diketahui bahwa Lenka menjadi tidak stabil dikarenakan Ayahnya yang baru saja meninggal beberapa bulan yang lalu. Lenka kehilangan kepemimpinan dalam keluarganya yang seharusnya diambil alih oleh Ibunya. Kakaknya pun kurang memperhatikannya disebabkan oleh pekerjaannya yang sibuk. Ibunya Lenka juga jarang berada di rumah ketika Lenka pulang sekolah. Lenka merasa sendiri dan menjadi lebih dekat dengan para teman-temannya di sekolah dibandingkan keluarganya. Arfi menjadi prihatin kepadanya dan ingin menemani kesedihan Lenka itu dengan kehadirannya.