Kala Cinta Bukan Berwarna Merah

ab
Chapter #14

EPISODE 14

Sudah tiga bulan hasilnya selalu gagal, Arfi pun mencoba lagi di bulan keempat dan mungkin ini tindakan terakhirnya. Arfi pun meminta bantuan pada Ibunya serta Kakaknya Lenka untuk membantu permintaan maafnya. Arfi membuat berbagai alasan agar dia bisa melakukan niatnya tersebut. Awalnya agak sulit, tetapi akhirnya keluarga Lenka menyetujui rencananya tersebut. Hari itu pun tiba, Arfi pun berangkat dari Jakarta ke Bandung dari pagi hari. Sesampainya ditujuan, dia berkerjasama dengan keluarga Lenka agar kedatangannya tidak diketahui oleh Lenka. Jadi, ketika Lenka disuruh Ibunya pergi untuk membeli sesuatu di minimarket, Arfi dipersilahkan masuk dan menunggunya di dalam. Dan ketika Lenka kembali ke rumahnya, dia terkaget dengan tamu yang sedang duduk di hadapan wajahnya. Lenka melepaskan pegangan kantong kresek belanjaan itu isinya jatuh berserakan, lalu dia pergi berlari menuju kamarnya. Dia berteriak, marah, dan terdengar juga melemparkan sesuatu ke tembok. Lenka mengamuk sampai bujukan Ibunya pun tidak didengarnya.

Arfi yang merasa tidak enak hati, berpamitan untuk pulang dari sana. Setelah kejadian yang mengguncangkan jiwanya, Lenka pun menjadi depresi dan menjadi mudah marah. Entah itu di rumahnya maupun di kantornya. Ibunya pun meminta maaf kepadanya, namun tidak dia gubris. Karena nasihat-nasihat dari sekelilingnya membuatnya semakin tertekan, Lenka pun menjadi jarang pulang ke rumah. Dia sering bermain di luar seusai pulang kantornya, berdugem, dan jika pulang ke rumahnya, datangnya di pagi hari. Tidak ada yang berani memarahinya sebab mereka takut membuat Lenka semakin liar. Kini, dia pun sudah membuka hijabnya dan berpenampilan lebih terbuka. Dia juga sudah memiliki pacar baru yang dia kenal dari tempat dugemnya. Pacarnya itu terlihat cukup menakutkan dan penampilannya cukup berantakan pula.

Arfi mengetahui hal tersebut dari sebuah kiriman foto yang berasal dari teman-teman kampusnya Lenka. Dia sangat menyesal karena telah membuat mantan kekasihnya itu hidupnya bertambah buruk. Arfi merasa sangat bersalah dan juga merasa terbebani. Setiap malam, dia shalat tahajud untuk mempasrahkan diri serta meminta pertologan dari Yang Maha Kuasa. Beberapa minggu kemudian, Arfi bereuni dengan teman sewaktu SMA’nya. Mereka bereuni kembali dengan cara seperti biasanya, yaitu bermain futsal. Sesudah pertandingan tersebut, mereka mengobrol tentang kehidupannya masing-masing. Irwan, temannya Arfi, secara kebetulan memang sedang berstatus belum menikah dan juga belum memiliki pasangan. Terbesit dalam pikirannya untuk menjodohkan Irwan dengan mantan kekasihnya itu. Mungkin inilah jawaban dari doa-doanya selama ini. Irwan adalah pria yang sholeh, sopan dan menyenangi olahraga. Dan sosok temannya ini, Arfi rasa akan cocok dengan mantan pacarnya yang pada saat ini kejiwaannya sedang terombang-ambing. Dengan segera, Arfi mengatakan bahwa dia memiliki kenalan perempuan untuk dikenalkan kepada temannya itu. Setelah melihat foto Lenka, Irwan tidak menolak dengan rupa fisik perempuan yang dilihatnya itu. Bahkan, Irwan meminta Arfi untuk cepat mengenalkan dirinya dengan Lenka sebab Irwan merasa jika dirinya sudah siap mental untuk berumah tangga.

Lihat selengkapnya