Perjalanan pulang terasa begitu lama baginya yang sedang dilanda perasaan tak menentu. Entahlah, tetapi setelah mendengar ceramah nan panjang kali lebar dari sang asisten manajer, perempuan itu jadi lebih banyak diam.
Dalam suasana hening, Gia menghela napas, lalu berdecak. Kemudian, menghela napas lagi, lalu berdecak lagi. Tak terhitung sudah berapa kali kegiatan itu berulang-ulang. Gelisah. Itu yang dirasakannya kini.
Pelakor? Ada-ada aja si Kristo.
Gia mengetukkan jari-jemari pada setir, mencoba menghalau pikiran tentang Gennad yang sejak tadi siang berputar-putar di kepalanya.
Setelah melewati kemacetan lalu lintas, Gia melihat sebuah mobil yang tidak asing berhenti di pinggir jalan. Ia memberi tanda bahwa mobilnya akan beralih pada lajur kiri sambil terus memandangi sekeliling, bergantian dengan melihat lebih jelas plat nomor mobil tersebut untuk memastikan sesuatu.
***
Tidak lama setelah percakapannya dengan Harry selesai, Gennad pun berhasil menyelesaikan laporan pengujiannya. Tepat seperti ucapannya tadi, ia kemudian melakukan penjadwalan ulang tiket kepulangannya ke Sydney.
Saat ini, ia sedang berada dalam perjalanan menuju bandara dengan diantar oleh mobil perusahaan Deluxe Pack.
“I’m on my way to the airport. I’ll send departure information to your Whatsapp. Yes ....”
“Oh, astaga!”
“I’ll talk to you later. Bye.”
Gennad memutus panggilannya pada Harry ketika mendengar suara panik Pak Jono, supir yang ditunjuk Deluxe Pack untuk mengantar-jemput lelaki itu selama di Jakarta.
“Ada apa, Pak?” tanyanya pada lelaki paruh baya tersebut.
“Maaf, Pak, sepertinya ban mobilnya bocor. Kita ke pinggir sebentar, ya,” jawab Pak Jono sungkan.
Gennad mengangguk. Pak Jono menepikan mobil setelah memberi tanda dan keadaan jalan cukup lengang.
Pak Jono segera turun disusul Gennad yang turut juga memeriksa keadaan ban mobil. Benar saja, sepertinya ada benda tajam yang menancap di tengah jalan.
Dengan sigap Pak Jono berusaha mengambil ban serep dari bagasi belakang mobil, tetapi nasib baik sepertinya sedang tidak memihak pada mereka. Ban serep yang ada juga tidak dalam kondisi baik. Akhirnya, setelah berpikir beberapa saat ia memutuskan untuk menghubungi penyedia jasa derek mobil.
Lelaki berumur itu baru saja selesai menginformasikan keberadaan mereka pada penyedia jasa derek mobil yang dihubunginya. Ia kemudian menghampiri Gennad dan membungkuk sopan. “Maaf, ya, Pak. Saya tidak tahu kalau ban serepnya juga kempis,” ucap Pak Jono. “Saya sudah menghubungi mobil derek, tapi Bapak bagaimana, ya? Bisa-bisa ketinggalan pesawat nanti.”
Gennad melirik arlojinya. “Hmm, Bapak punya aplikasi transportasi online? Bisa pesankan saya taksi saja?” tanyanya pada Pak Jono.
“Punya, punya, Pak. Sebentar saya pesankan.”
Baru saja Pak Jono hendak membuat pesanan taksi online, sebuah mobil jenis hatchback berwarna putih berhenti tepat di hadapan kedua orang tersebut.