Awan yang semakin kelabu akhirnya menurunkan hujan secara perlahan, Kenny pun sadar hujan akan segera turun deras dan mereka akan kehujunan
“Kak, gimana nih. Ini udah mau hujan, neduh aja dulu.” Kenny berbicara agak keras agar omongannya terdengar walau sedang di perjalanan
“Ken. Kamu kayaknya harus kena karma juga deh. Karena kamu udah bikin aku sakit hati, kayaknya aku gak mau neduh , anyway aku juga suka banget hujan soalnya, dan aku bakal nurutin buat neduh kalo kamu tarik ucapan kamu yang tadi.”
Kalimat Melvin itu Kenny tanggapi tidak jauh sebatas modus seekor buaya yang mengharapkan sesuatu. Tiba-tiba hujan mulai turun dengan sangat deras, air-air dari langit itu menetesi mereka berdua, Kenny ternyata lebih rela untuk basah kuyup daripada harus menarik kata-katanya, gengsi Kenny sangat tinggi di hadapan lelaki seperti Melvin, sementara itu Melvin semakin cepat menjalankan motornya. Di sisi lain Melvin sangat senang bisa merasakan hujan bersama Kenny, bisa merasakan anugrah tuhan secara ganda. Melvin merasa diberkahi hari itu, seperti terlahir Kembali. Namun Kenny malah merasakan kekhawatiran kala itu, karena tugasnya yang belum sempat ia buat, padahal seharusnya Kenny kerjakan dua hari lalu, namun karena terlalu malas hari ini ia merasakan akibatnya. Ia harus bersama dengan orang yang tidak ia inginkan, kehujanan, kedinginan, dengan rasa panik yang luar biasa. Hari ini Kenny benar-benar memahami bagaimana karma bekerja.
Setelah kehujanan selama kurang lebih lima menit, akhirnya mereka sampai di rumah Kenny. Melvin yang ingin mampir tiba-tiba di tahan masuk dan suruh menunggu di teras. Melvin agak kesal dan geregetan dengan sikap Kenny.
“Nih, kak.” Kenny memberikan handuk ke Melvin
“Makasih… aku nunggu sampe reda gak apa-apa kan? dingin banget soalnya.” ucap Melvin sambil mengelap seluruh tubuhnya dengan handuk itu
“Iya, gak apa-apa.” dengan dingin Kenny menjawab
“Ken, aku takutnya di anggap modus nih, jadi aku jelasin aja ya kenapa aku suka hujan.”
Kenny tiba-tiba masuk rumah, Melvin hanya bengong tidak percaya, namun sesaat kemudian dia Kembali membawakan teh manis hangat
“Makasih, Ken. Jadi ngerepotin.”
“Iya sama-sama, kak.”
“Tuhan nurunin hujan sebagai bentuk kehidupan, Ken. Ada yang suka ada yang enggak, aku yakin tumbuhan salah satu mahkluk yang suka hujan dari tuhan kayak gini, selain itu gara-gara hujan ini juga bunga-bunga bisa mekar segar, dan aku juga hari ini jadi salah satu mahkluk yang suka hujan lagi, aku ngerasain ada sesuatu yang mekar aku gatau itu apa, dimana, buat apa tapi yang jelas hari ini aku gak neduh karena hujan hari ini bisa aku nikmatin sampai bikin bahagia.” Ucap Melvin dengan lantang dan serius
“Maaf, kak. Aku gak nanya dan gak mau tahu.” Dia masih saja, katanya sudah sakit hati
“Aku cuma mau ngomong itu aja kok, gak ngarep kamu denger juga.”
“Selain Playboy, ternyata kakak penyair juga ya.”
“Sebagus itu ya?”
“aku gak bilang bagus kok.”
“Iyain aja deh supaya cepet.” Ucap Melvin dengan ekspresinya yang menyeringai
“Apaan sih, kak. Aku lurusin ya, aku gini karena aku ngehargain kakak sebagai senior aku, aku coba sesopan mungkin supaya aku bisa Sekolah dengan tenang tanpa digangguin kakak kelas karena sistem senioritas kita yang menurut aku udah gila, jadi selama ini aku nurut karena takut, kak.” Dengan ekspresinya yang sebal, Kenny coba menjelaskan suasana hatinya saat itu dengan tegas. Baru saja Kenny menyelesaikan kalimatnya, hujan langsung reda
“Udah reda, aku balik ya. Makasih” Ucap Melvin segera, sambil memberikan handuk dan gelas
“Ken, kamu ngobrol sama siapa diluar?” Tiba-tiba seorang ibu-ibu muncul dari pintu
"Eh, ada temennya Kenny. Kenapa disini? Ken kok gak suruh dia masuk.”
“Halo, tante.” Melvin langsung mencium tangan ibu Kenny
“Maaf, tante. Tapi saya emang mau langsung pulang. Mumpung hujan nya juga sudah agak reda, takutnya nanti deras lagi.” kata Melvin dengan nadanya yang lembut dan sopan
"Oh gitu, ya. Yasudah, hati-hati nak. Makasih ya udah anter Kenny juga”