Kala Kata Menjadi Teman

Apolllo
Chapter #13

Cinta Melvin Ditolak #13

Melvin tuturnya sehandal pujangga, binar pandangnya pun setulus air mata. Aku hampir menangis mendengar tiap diksi yang telah terucapnya di tempat ini. Dia sangat berbeda dibanding Melvin yang kukenal di Sekolah, yang selalu usil dan sangat percaya diri, yang selalu melakukan hal bodoh, sok keren, dan kuat. karena disini adalah tempat bebasnya, Melvin terasa menjadi lebih nyata, ia dengan tulus membongkar sisi lainnya yang ia sembunyikan dari orang-orang, aku melihatnya sangat rapuh dan lemah. Melvin tidak melakukan apa-apa, tapi setelah aku melihat versi lengkap dari dirinya, aku merasa bersalah atas sikapku terhadapnya selama ini. Sial, dia membuat perasaanku sangat tidak enak sekarang, apakah ini juga salah satu caranya untuk bisa mendapatkan hati perempuan? Hatiku berbisik terlalu sadis apabila Melvin benar-benar seperti itu, di sisi lain hatiku berteriak bahwa Melvin memang tulus, melihatnya bermain bersama anak-anak itu dengan riang gembira, membawakan makanan yang membuat mereka bahagia, dan bercanda konyol yang membuat tertawa senang. Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi dengan keluarganya, tapi aku bisa merasakan bahwa ini rumahnya.

“Kenny!!!” Teriak Melvin memanggilnya

“Jangan ngelamun terus, sini ikut kita.”

Kenny tidak tahu sihir apa yang dipakai Melvin, namun melihat anak-anak yang sedang gembira dapat memengaruhinya untuk ikut bermain bebas kala itu. Melvin jelas selalu terlihat ceria, namun Kenny kala itu ikut tersenyum, ia tahu bagaimana harus bersikap di depan anak-anak saat itu, namun sepertinya dia juga memang sedang menikmati suasananya.

Setelah banyak bermain tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 17.30 WIB. Jatuhnya matahari itu diikuti oleh kepulangan mereka berdua. Akhirnya mereka berpamitan

“Kak Evin! Nanti kakak Ken dateng lagi kan?” Tanya seorang anak perempuan yang Bernama Lisa

“Seru yaaa kalau main sama kakak Ken.” Balas Kenny

“Iyaa … kakak dateng lagi ya!” Ucap Willy

“Yaudah, kita pamit ya! Kalian jangan nakal, kasihan mbak Nur kerepotan nanti. Mbak Nur kita pamit ya, titip anak-anak.” Ucap Melvin sambil pulang bersama Kenny dengan motornya

“Iya, hati-hati.” Ucap mbak Nur diiringi oleh keseruan lambaian tangan dari anak-anak

Selama perjalanan pulang, tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mereka berdua, namun ekspresi senyum mereka menunjukkan bahwa mereka berdua sedang sama-sama senang pada hari itu. Akhirnya mereka sampai di rumah Kenny.

“Kak, aku tahu banyak banget yang bakal kakak omongin, tapi izinin aku buat ngomong duluan ya.” Ucap Kenny yang berbicara dengan lembut dan sopan, tidak seperti biasanya

“Oke.”

"Aku tahu kalau kakak udah lama suka sama aku, dan mungkin ini jawaban pertama dan terakhir aku tentang pernyataan cinta kakak yang gak aku jawab,”

“Maaf kak, tapi jawabannya enggak. Aku gak mau jadi pacar kakak.” Kenny berbicara dengan perlahan agar terdengar jelas oleh Melvin, namun dengan intonasinya yang tegas membuat Melvin hanya terdiam mendengar perkataan Kenny

“Aku gak tahu maksud kakak hari ini ngajak aku ke panti ngapain, mungkin itu salah satu cara playboy kakak biar bisa dapet hati perempuan? Atau emang gak ada alasan khusus?, yang jelas jawaban aku tetep enggak, kakak ngedektin aku berbulan-bulan ini, selama itu juga aku kenal sama orang-orang baru di sekolah, dan selama proses itu juga akhirnya aku nemuin orang yang aku suka. Jadi aku mohon ke kakak untuk bisa stop deketin aku, stop kasih-kasih hadiah di kolong bangku aku, karena semua itu percuma, kak. Mulai sekarang dan kedepannya, kita udah gak ada apa-apa lagi, termasuk kejadian waktu aku kasih buket bunga, aku udah lupain dan maafin kok.

Kata-kata Kenny yang perlahan namun tegas itu jelas membuat pemuda itu hancur hatinya. Masalahnya bukan cuma tidak ingin didekati, namun Kenny juga memiliki pria lain yang ia idamkan. Saat sudah begitu, tentu hati Melvin benar-benar hancur tidak terkendali. Melvin mencoba untuk terlihat baik-baik saja di depan Kenny, ia hanya tersenyum dan memandangi matanya lalu ia berkata

“Iya, aku ngerti kok, Ken. Tapi kali ini aku cuma mau bilang makasih ya, buat hari ini udah nemenin. Itu aja kok.”

“Iya, kak. Sama-sama, aku juga seneng banget kok buat hari ini. Maaf juga kayaknya aku gak bisa dateng lagi ke panti itu.”

Tanpa sepatah kata perpisahan, Melvin langsung pergi, meninggalkan Kenny sendiri di depan rumahnya. Pemandangan yang tidak biasa, Kenny terlihat hanya termenung menunduk, dia merasa bersalah sudah mengatakan hal-hal itu kepada Melvin, namun tak ada cara lain, memang sudah seharusnya seperti itu, apa adanya.

Aku benci perasaanku, aku merasa bersalah telah menyakiti hati laki-laki itu. Sepertinya aku mengucapkannya terlalu kejam tadi.

Lihat selengkapnya