“Ken,”
“Bentar lagi malam nih. kamu tahu gak kalau kamu itu mirip malam.”
“Maksudnya?” Tanya Kenny
“Kamu itu malam, Ken. Selalu dingin dan sunyi buat orang-orang yang gak kenal. Tapi orang lain yang mencintai malam akan selalu menemukan hal-hal lainnya selain dari keburukan yang jelas kelihatan di permukaan itu. Mereka yang mencintai malam paling mengerti akan menghargai kehangatan, jangan lupakan juga bintang yang selalu indah menghiasi langit, dan malam selalu menjadi tempat ternyaman untuk beristirahat, rehat, dan diam sejenak dari keberisikan dunia…”
Melvin terus berbicara. Saat melvin berbicara panjang lebar, Kenny mulai menyadari tuturnya dan memperhatikan melvin yang sedang asyik berbicara. Kenny memandang wajah Melvin dengan serius lalu hatinya berkata dia memang manis, entah mengapa mendengar suaranya saja seakan-akan aku jatuh ke dalam lubang yang tak berdasar, hanya melayang namun menenangkan
“Ken? Kamu denger aku ngomong gak?” Ucap Melvin yang melihat Kenny seperti melamun ke arahnya
“I-iya… aku denger kok, kak.”
“Sekali lagi, makasih ya, kak.” Ucap Kenny sambil tersenyum
“Iya, Ken. Buat aku, senyuman kamu kayak gini juga udah lebih dari cukup.”
“Mulai gombal, dasar playboy.”
“hehehe… pulang yuk, keburu malem.”
“Iya, yuk.”
Mereka pun akhirnya pulang. Dalam perjalanan, Kenny mulai merasakan sentuhan hati Melvin. Ia akhirnya luluh oleh playboy itu, entah mengapa ia akhirnya bisa merasa aman dan nyaman saat berada di sekitar Melvin. Tidak seperti kemarin-kemarin, apabila Kenny sedang bersama dengan Melvin perasaannya selalu menjadi risih, kesal, dan jengkel. Kenny mulai merasakan ketulusan Melvin dan jatuh ke dalamnya.
“Kak,”
“Kakak kasih apalagi ke Majesty.” Ucap Kenny dalam perjalanannya pulang
“Maksudnya? Aku enggak kasih apa-apa, kok.” Melvin kebingungan