Sesi makan yang selalu diinginkan oleh Melvin pun selesai. Hasilnya memang sesuai dengan ekspektasi Melvin, selain makanan rumahan yang enak, hangatnya kekeluargaan pun benar-benar ia rasakan. Namun sepertinya hari itu masih menyimpan banyak kebahagiaan tanpa Melvin sadari.
Melvin terlihat sedang menikmati malam di teras atap rumah Kenny sebagai penutup hari yang indah kala itu, ia hanya terduduk dan menatap langit dengan sangat lama. Seketika matanya terpejam seakan-akan malam sedang menyerapnya. Senyumannya sangat manis dan sangat terasa tulus. Dengan nafas yang agak berat, tubuhnya memancarkan kesegaran malam. Entah mengapa kala itu seperti ada aura kebahagiaan di sekitar Melvin, saat ia membuka matanya ternyata di sampingnya ada Kenny yang juga ikut menatap langit yang hampa kala itu.
“Kok kamu bisa suka sama aku?” Tanya Kenny dengan pandangan kosongnya ke langit
Melvin agak terkejut mendengar kalimat itu
“Banyak yang lebih sempurna dari aku.” Lanjut Kenny
“Emang menurut kamu yang lebih sempurna dari kamu itu kayak gimana sih?” Melvin balik bertanya
“Ya banyak yang lebih cantik, pinter, baik juga.”
“Aku gak suka kamu karena hal-hal itu, walaupun kamu juga sebenernya cantik, pinter, baik juga.”
“Ah gombal.” Kenny tersenyum seakan meledek Melvin
“Aku juga gak tahu kenapa. Tapi ketika aku lagi ngelamun, kamu tiba-tiba suka ada di pikiran aku, pas aku ketawa aku inget kamu, pas aku sedih aku juga inget kamu. Entah tuhan yang membuat semua itu atau emang aku lebay tergila-gila. Satu hal yang pasti aku yakin itu adalah cinta, Ken. Aku juga sempet bertanya-tanya, Ken. Kenapa harus kamu? Dari sekian banyak perempuan di dunia ini. Kenapa harus Kenny? Tuhan menjawab seiring berjalannya waktu, apakah perlu ada alasan untuk menjawabnya?. Pertanyaanku dijawab oleh pertanyaan, memang rumit namun rasanya sangat luar biasa saat aku memahaminya.” Melvin menjawab dengan ekspresi yang tulus, tidak lupa dengan senyumannya yang menggambarkan indahnya jatuh cinta