Kala Kata Menjadi Teman

Apolllo
Chapter #26

Suci yang akhirnya terlahir #26

Siang kala itu sungguh sangat terik, namun angin yang berhembus kencang di pantai sungguh menjadi obat penawar terbaik dari terik panasnya mentari. Kenny terlihat sedang menikmati pandangannya yang tertuju pada ombak-ombak yang bergulung deras dan diikuti suara tawa anak-anak kecil yang sedang bermain di sekitar, dia hanya memandanginya dan duduk di bangku yang diteduhi oleh payung besar itu, dan di sampingnya ada Barsena yang juga sedang menikmati suasana di pantai itu. Kenny menunjuk ke tempat yang seperti jembatan namun memiliki ujung langsung ke laut, tempat dimana perahu-perahu kecil sedang berlabuh di sekitarnya.

“Disana adalah tempat istimewa kami, tepat di ujung tempat itu Melvin berlutut dengan satu kakinya, dan dia mengatakan bahwa dia ingin menikahiku sesegera mungkin. Tepat 5 tahun yang lalu kalau tidak salah.” Ucap Kenny dengan senyumannya

“Sebentar, kamu terlalu cepat, Ken. Lantas apa saja yang terjadi selama tahun 2013 sampai 2018 itu? Jangan bilang kamu ingin mempercepat ceritanya karena kejadian tadi, kan? Kamu ingin segera menyelesaiakannya kan?”

“Enggak, bukan gitu. Menurutku kisah kami sama saja kok seperti orang-orang pacaran. Mungkin beberapa kali memang ada momen istimewa yang bisa saja hanya aku dan Melvin yang menjalaninya, tapi sisanya ya biasa saja kok seperti kisah cinta orang-orang. Lalu kalau aku harus cerita semuanya itu pasti akan memakan waktu yang sangat lama. Ibarat cerita petualangan seorang prajurit, saat dia berlatih keras selama bertahun-tahun penulisnya pasti tidak ingin menceritakan spesifik bagaimana tiba-tiba tubuhnya menjadi sangat berotot dan kuat.”

“Kamu ada benernya juga sih. Tapi aku ingin tahu sesuatu tentang hubungan kalian.”

“Apa?” Jawab Kenny setelah meminum air kelapa yang ada di depannya

“8 tahun bukanlah waktu yang singkat. Selama itu pacaran apakah ada rasa bosan? Atau bahkan ada rasa khawatir bahwa dia akan pergi meninggalkanmu?”

“Bagi mereka yang telah menjalani suatu relationship selama itu dan berkata bahwa dia tidak pernah bosan itu sangatlah munafik. Tentu saja bosan, tapi apakah hanya karena itu kita harus mencari yang baru? Setelah mendapatkan yang baru lalu bosan lagi terus mau cari lagi yang baru? Gak akan ada habisnya, Sen. Kalau pemikiranmu memang sudah dewasa, aku yakin kita bisa mengatasi rasa bosan itu dengan cara kita sendiri kok.”

Lihat selengkapnya