Kala Kata Menjadi Teman

Apolllo
Chapter #32

Sampai Jumpa, Melvin #32

“Kala itu akhirnya aku bisa berpikir jernih. Akhirnya aku bisa memikirkan hal lain selain kematian kandunganku,” Kenny banyak sekali mengeluarkan air mata saat menceritakan kembali kisahnya.

“Entah, aku sudah tidak mengerti lagi. Kalau tuhan hanya bisa memulihkanku dengan luka lain yang luar biasa sama sakitnya, aku bersungguh-sungguh sangat tidak sanggup untuk melanjutkannya. Aku tidak sanggup memberikan kebahagiaan yang orang terdekatku butuhkan seperti kata Melvin kalau nanti pada akhirnya aku yang menderita sendirian.”

“Kamu cuma harus ngubah mindset kamunya aja, Ken.” Balas Barsena singkat.

“Tiba-tiba kamu datang.” Kenny menunjuk Barsena.

“Kayaknya tuhan ngasih solusi yang beda kali ini. Kita ketemu, dan aku belajar banyak hal dari kamu, khususnya buat masalah aku itu sangat membantu banget.”

“Emangnya kamu belajar apa dari aku?” Tanya Barsena.

“Perspektif. Aku ternyata bisa bahagia dengan cara apapun walau mungkin itu bertolak belakang dengan apa yang aku lakuin dulu sama Melvin. Aku belajar kalau kebahagiaan aku gak harus datang dari Melvin melulu, aku lupa kalau sebelum Melvin datang ada keluarga aku yang bikin aku bisa jadi sehebat ini, aku sempat lupa kalau ada temen-temen aku yang ngisi hari-hari aku dengan warna-warninya. Salah aku terlalu tenggelam, dan kedatangan kamu bikin aku inget kehadiran mereka yang aku lupain, dan mungkin selama ini Melvin juga terbebani sama cara hidup aku sekarang, aku pengen minta maaf ke dia karena aku udah salah ngertiin kasih sayangnya, salah paham dengan apa yang dia maksud,"

Kenny lalu tersenyum lebar dan memandangi Barsena dengan dalam.

"Thanks ya Sen, kamu bener-bener ngebuka mata aku tentang dunia ini lebih luas lagi.”

Barsena hanya tersenyum sambil memandangi Kenny sekejap di dalam mobil itu.

“Lihat di jok paling belakang, Ken.” Ucap Barsena sambil memberhentikan mobilnya.

Kenny pun turun untuk memeriksanya dan ia terkejut.

“Ini kan??” Kenny agak tergagu untuk bertanya

“Aku yakin bunga tempo hari itu pasti udah rusak atau layu. Jadi aku bawain lagi yang baru dan itu masih spesial karena dari Mbak Lily.”

“Kamu serius? Kamu ke Yogya lagi berarti? Kapan?” Banyak sekali penasaran yang Kenny ungkapkan.

“Setelah kamu telpon kemaren, Ken. Kalau mau ketemu Melvin, kamu gak boleh datang dengan tangan kosong kayak gitu dong.”

“Makasih, Sen.”



Sesuatu yang tanpa warna selalu kupandang sebagai sebuah kekurangan, tadinya. Setelah kurasakan (lagi dan lagi) lebih dalam, ternyata aku bisa menikmatinya. Bak foto yang selalu ku sunting dengan warna tajamnya, ternyata monokrom juga punya arti tersendiri. Sekarang aku mengerti, segalanya bisa menjadi kekurangan, juga selalu ada kelebihannya. Silahkan eksekusi dan tertidurlah dengan tenang


“Lantas, bagaimana kalian setelah kejadian itu?”

Bagian tersulit dari pertanyaan Barsena pada Kenny, yakni menceritakan kembali kisah antara Kenny dan Melvin setelah kehilangan bayinya dan kesadaran Kenny yang mulai membaik kembali.

“Tentu kita makin harmonis. Saling membahagiakan satu sama lain. Kalau keseharian kita didokumentasiin mungkin penonton jadi banyak yang mau berumah tangga.” Ekspresi Kenny yang sumringah itu menunjukkan indahnya mereka kala itu.

“Mendengarnya saja bikin iri.” Ucap Barsena dengan senyumannya ke Kenny.

“Semua senyuman dan kebahagiaan sebelum tragedi itu sepertinya tuhan kasih harusnya untuk puluhan tahun, setidaknya tuhan memberikan kami berdua kesempatan untuk bisa sebahagia itu.”


September, 2020

Setelah wabah Covid-19 yang mulai menimpa Indonesia, kebiasaan aktivitas manusia akhirnya dibatasi dan hal-hal baru pun datang. Hal tersebut menimpa Melvin juga sebagai seorang fotografer. Ia yang biasanya bekerja memenuhi dokumentasi suatu momen atau acara-acara tertentu, kini hanya bisa menunggu semuanya reda. Karena mengetahui bahwa pekerjaannya untuk sementara ini akan sangat terhambat, ia memutar otak dan kreativitasnya, ia agak beralih profesi. Masih tetap menjadi seorang fotografer, namun bukan mengambil gambar suatu acara meriah atau haru dari insan-insan yang selalu berkumpul. Ia akhirnya mencoba tantangan baru untuk keliling Indonesia, ia ingin mengabadikan segalanya dalam perjalanannya kala itu.


Melvin terlihat sedang mencoba untuk menelpon Kenny di tengah malam saat ia mengendarai mobilnya saat itu. Dengan segala barang bawaannya yang ada di mobil, Melvin terlihat sangat kelelahan dan sepertinya ia baru saja bekerja. Akhirnya teleponnya Kenny angkat.

“Kamu udah tidur?” Tanya Melvin.

Lihat selengkapnya