KALA'KAY'

kieva aulian
Chapter #16

16. Gita Cinta di Kebun Cengkeh

Dengan sepeda ontel milik bah Wira, Kay menelusuri kebun cengkeh yang berbaris rapih di sepanjang pinggir jalan pulang menuju rumah abah Wira. Dengan menaiki sepeda ontel tua itu, Kay tampak seperti Tauke peranakan cina yang sedang menginspeksi kebun. Perkebunan cengkeh yang luas dan rapih. Sebagiannya sudah siap panen, sebagian lain baru mekar dan sebagian lain masih muda. Hijau berbias merah, pemandangan yang indah.

Goes Kay terganggu dengan sebuah bunyi klakson yang memekakan telinga. Dari balik jendela mobil sesosok wajah cantik yang pucat menampakan diri.

“Hai Kay, pulang?” tanya Rhea dari balik jendela Audinya.

“Eh iya Rhe...seru nih sepedahan...seger.” ujar Kay seraya menghentikan sepedanya.

“Wah mau dong Kay.”

“Hah mau apa maksudnya Rhe?”

“Ya mau sepedahan, may I?” pinta Rhea manja.

Kay tak berkutik. Rhea segera turun dari mobil dan meninggalkan mang Aming supir pribadinya yang cuma bisa melongo.

“Coba dong.” pinta Rhea. Kay menyerahkan sepedanya, dan segera saja Rhea meluncur cukup jauh sebelum akhirnya kembali ke tempat Kay berdiri.

“Wah bener Kay asyik, sueger...kenapa ga dari dulu ya aku pake sepeda” kata Rhea dengan peluh di wajahnya.

“Sepeda itu mahluk roda dua paling romantis Rhe” ujar Kay keceplosan.

“Hah...apa kamu bilang Kay?”

“Oh...nggak...nggak...maksudku, ehm...ya beli aja bu, terus ke kantornya pake sepeda,” ledek Kay.

“Wah boleh boleh...ide bagus tuh Kay.”

“Ya tapi jangan sepeda ontel juga kali, buat ibu Rhea manajer pemasaran minimal bromtonlah”

“Ha..ha...ha...nggak ah aku lebih seneng naek ontel kaya jaman penjajahan, keren”

“Memang tak selamanya dijajah itu luka ya? lagi Kay dengan ledekannya.

“Hah...maksud kamu?”

“Eh...nggak...Ya udah beli aja Rhe”

“Tapi kan nyari sepeda ontel sekarang susah Kay, barangnya udah langka banget.”

“Iya sih, tapi aku liat ada beberapa penduduk disini yang pake sepeda ontel, kenapa ga dibeli aja?”

“Emang ada Kay?”

“Ada...tapi kalo mo dibeli pake harga motor bu, kasian”

“ Oh ok...aku mau tapi itu kelamaan.”

“Maksud kamu?”

“Aku pengen sekarang, kamu mau kan ajak aku keliling pake sepeda sekarang, please!” rengek Rhea seperti anak kecil.

“Terus itu si mang Aming gimana?”

“Biar dia pulang duluan aja.”

“Terus nanti kamu pulang gimana?”

“Ya kamu yang anterin lah, gimana, ok kan?” paksa manja Rhea.

Kay menyerah. mang Aming segera berlalu dengan mobilnya. Rhea masih diatas sepeda dan mulai menggoes. Kay mengikuti dengan langkah terseret di sebelah Rhea. Hingga beberapa meter sebelum kemudian Kay berpindah ke atas sepeda dan Rhea beringsut ke dudukan belakang sepeda. Mereka berboncengan bak Galih dan Ratna, menikmati sore yang indah di antara pohon-pohon cengkeh yang cemburu. Gita cinta di kebun cengkeh.

Rupanya cinta mulai mekar di taman hati Rhea, sementara Kay menanggapi ajakan sang amor dengan datar. Kay belajar dari pengalaman cintanya dengan Sha. Ia tak mau berekspektasi tinggi. Apalagi ia sadar siapa Rhea. Rhea adalah putri majikannya. Dan tentu saja Rhea adalah putri dari laki-laki yang menyebabkan ayahnya gila.

Ia tak memungkiri bahwa Rhea cantik dan ia tertarik, tapi entahlah, pokoknya ia merasakan perbedaan dengan saat ia mencintai Sha. Sabit senyum mengulas di ujung bibir Kay, teringat ia pada kalimat Roman sobat SMAnya dulu, “Cinta pertama itu dokumen asli, sementara cinta kedua dan seterusnya hanyalah fotocopy yang dilegalisir” Mungkin ia belum bisa beranjak dari cinta Sha. Meskipun ia merasa dihianati, tapi ia sangatlah mencintai Sha. Bagaimanapun itu adalah pengalaman cinta pertamanya, dan itu sangat membekas dihatinya.

Tak mudah bagi Kay untuk pindah ke lain hati, Meski singkat, cintanya dengan Sha adalah secuil sejarah terindah dari sejarah panjang pedih hidupnya. Cinta Sha bagai oase dalam hidupnya yang kerontang. Kehadiran Sha dalam hidupnya bagai pengganti yang dikirim Tuhan atas kehilangan demi kehilangan yang dialaminya.

Namun begitu, tak mudah juga bagi Kay untuk melupakan penghianatan Sha. Perlahan ingatannya mulai menelusuri perjalanan cinta mereka, hingga di titik awal perkenalan mereka. Mengertilah sekarang mengapa waktu itu Sha mengiriminya surat dengan tulis tangan bukan melalui email atau melalui call center bila memang hanya bermaksud menyampaikan keluhan. “Ah...Sha, kenapa kamu tega sekali?” sebuah tanya bergumam di dalam hati Kay yang tengah menerawang.

Jika hari ini ia bertemu Pramand, teman Indianya pastilah ia akan dengan jumawa mengatakan bahwa begitulah jatuh cinta, ia menyakitkan. Sakitnya mensejarah, lukanya menjalar ke seluruh aliran darah, pedihnya menjarah semua rasa bahagia tanpa sisa. Tanpa sengaja, beberapa bulan setelah dialog cintanya dengan Pramand di taman kampus, ia mendengar kabar bahwa Pramand setelah lulus ia bergabung dengan agama Sikh. Ia membayangkan Pramand yang berambut tipis dan cubby memanjangkan rambut dan menggunakan turban. Kay pun mendengar kabar ,Pramand, si playboy kampus kini sudah menikah. Menikah dalam ajaran Sikh berarti menikah hanya dengan satu pasangan alias monogami.“Ah...i miss u brother” bisik hati Kay.

Lj. Vanier, seorang penyair penulis seketika merapati lamunan Kay, “Biarkanlah hubungan itu pergi, simpanlah pelajarannya.” Daphne Rose Kingma, seorang psikoterapis dan penulis, ikut nimbrung dalam lamunannya, “Berpegang artinya kamu percaya akan masa lalumu. Melepaskan artinya kamu percaya akan adanya masa depan yang baru”. Ya...Kay menetapkan diri bahwa ia harus beranjak. Ia harus mengusir beberapa penghuni lama hatinya untuk memberi tempat bagi para penghuni baru. Siapa tahu ada yang lebih baik, ada yang lebih pengertian, ada yang lebih cantik, ada yang lebih bijak.

Kay telah memantapkan pilihan, ia harus berpaling dari cinta lamanya, dengan resiko apapun ia harus siap menyambut cinta baru. Siapa tahu lebih menyenangkan, lebih membahagiakan. Sekejap wajah putih kuning Rhea hadir. Seulas senyum tersungging di bibir Kay, “selamat datang cinta baru”

*****


Tahun pertama kehadiran Kay di tengah keluarga besar CV Petik Lestari, dengan tangan dinginnya mulai membuahkan hasil. Produksi meningkat tajam. Tak sampai disitu, Kay pun membantu Rhea menyusun rencana marketing yang brilian. Hasilnya, beberapa pembeli baru dengan harga penerimaan lebih tinggi didapatkan Rhea. Kondisi keuangan CV Petik Lestari pun beranjak naik. Perkembangan yang disambut gembira bu Firly, begitu juga David, meski rasa iri dan angkuh tetap menguasai dirinya.

Kedekatan Kay dengan Rhea pun tercium oleh bu Firly dan David.

“Vid...kamu liat ga gelagat adik kamu itu?” tanya bu Firly dalam sebuah obrolan malam di rumah megah bu Firly.

“Gelagat gimana maksudnya Moms?” tanya David.

“Masa kamu ga liat Vid, kamu sebagai kakak itu gimana sih?”

“Ehm maksud Moms kerjaannya si Rhe?”

“Bukan...bukan masalah kerjaan, tapi hubungan dia sama si Kay.”

“Oh...itu...iya sih Moms, aku juga liat mereka deket.”

“Nah kamu juga liat kan mereka deket banget. Adik kamu itu sepertinya sedang jatuh cinta Vid.”

“Aku juga berfikir hal yang sama dengan Moms.”

Lihat selengkapnya