Acin membuka payungnya dan segera berlari ke ladang singkong. Di bawah pohon seorang anak perempuan duduk meringkuk sambil menutupi telinga dan menangis. Hujan semakin deras dan gemuruh bersahut-sahutan. Setiap kali guntur menggelegar, anak perempuan itu menjerit ketakutan sambil tak henti-hentinya menangis. Acin menaunginya dengan payung. Dirinya sendiri tidak tahu harus berbuat apa.
“Jangan menangis lagi,” katanya kemudian.
Sandra kecil duduk dengan dua sahabat di sampingnya. Mereka mencoba menenangkannya dari rasa takut.
“Aku takut. Langit mau runtuh lagi,” ujarnya di sela-sela isak tangis.
“Ini hanya hujan. Kamu jangan takut.”
“Tidak! Langit mau runtuh! Waktu itu langit juga seperti ini.”
Tangis Sandra semakin menjadi ketika guntur menggelegar begitu kencang. Ketakutannya terhadap guntur teramat sangat. Dia masih saja menangis meskipun kedua sahabatnya berusaha membujuk. Ini bukan yang pertama kalinya terjadi. Minggu lalu Sandra mengalami hal yang serupa. Saat langit yang terang berubah menjadi gelap, dia langsung mencari tepat berlindung. Acin yang sedang bermain dengannya bingung karena Sandra menghilang. Padahal dia hanya pergi sebentar untuk mengambil air di dekat gudang penyimpanan singkong.
Hari ini, hal yang sama terjadi lagi. Mendung dan guntur datang tiba-tiba. Keadaan iklim yang ekstrim membuat perubahan cuaca menjadi sangat sulit diprediksi. Sandra yang melihat langit berubah gelap langsung merasakan takut. Apalagi ketika suara guntur menyusul. Dia berlari ke gudang penyimpanan perkakas. Ada meja di sana dan Sandra pun duduk meringkuk, berlindung di bawahnya. Acin yang berkeliling mencari-carinya pun menemukan keberadaan Sandra. Mereka melihat Sandra begitu ketakutan.
“Kamu sedang apa di sini? Ayo keluar!” ajaknya.
“Tidak mau!” sahut Sandra dengan raut wajah ketakutan.