Hujan masih saja turun, namun tak sederas sebelumnya. Kali ini tanpa angin. Lebih tenang dan menyendukan. Arman dan Sandra sudah selesai bersiap-siap. Mereka lalu turun ke lobi dan meminta satu taksi. Tak lama kemudian, sebuah taksi datang. Mereka masuk dan meminta sopir mengantarkan mereka ke tempat tujuan untuk makan malam.
Di dalam taksi Arman dan Sandra bercengkerama dengan sangat akrabnya. Seperti kawan lama yang sudah bertahun-tahun tak bertemu dan sekarang dipertemukan dalam sebuah nostalgia berdua. Perjalanan dari hotel menuju tempat makan yang dituju serasa perjalanan jauh yang ditemani sebuah cerita. Waktu lima menit rupanya memang singkat saat melalui jalan utama Kota Solo menuju Omah Sinten. Arman memilih tempat itu karena rekomendasi dari temannya ketika berkunjung ke Solo seminggu yang lalu. Dia bertanya tentang tempat tersebut dan bagaimana komentar Sandra tentang hidangannya. Sandra menjawab sejauh yang dia tahu. Selain tempatnya yang memang menarik dan unik serta lokasinya yang strategis, Sandra tak berkomentar lagi. Selama tinggal di Solo, dia belum pernah makan di sana.
Sesampainya di Omah Sinten, mereka memilih tempat yang tidak terlalu terekspos dari luar. Cahaya yang sendu, tidak terlalu terang dan lebih memberikan rasa nyaman serta menambah suasana akrab. Mereka pun duduk dan memesan makanan. Sambil menunggu pesanan, mereka berbincang.
“Aku ingin tahu, terapi macam apa yang kamu lakukan sampai bisa membuat badanku enak begini?”
“Memangnya apa yang Chef rasakan sekarang?”
“Enteng. Segar. Bugar. Sehat. Yaa..semacam itulah. Sepertinya capek yang aku rasakan tadi sudah hilang. Kamu terapis, ya?”
“Tidak juga. Cuma kadang-kadang suka nerapi saja.”
“Suka nerapi?”
“Iya. Awalnya hanya sebel lihat teman suka mengeluh sedangkan aku tidak bisa bantu apa-apa. Dan memang berawal dari penyembuhan diri, lalu lama-lama jadi ketagihan belajar dan membantu orang. Aku merasa senang saja melihat orang bahagia karena sembuh dari sakit atau lelahnya. Orang mudah lelah, namun sulit untuk mengobatinya. Istirahat saja kadang tidak cukup. Terapi secara fisik sangat perlu jika memang tubuh kita rentan terhadap lelah. Bisa saja dari rasa lelah lalu merambat menjadi penyakit.”
Sesaat kemudian makanan yang dipesan pun datang. Sate Pentul Ala Keraton dipilih Arman sebagai menu pembuka. Sambil menikmati makanan, mereka melanjutkan obrolan.
“Orang mudah membuat badan sakit tapi susah menjaga kesehatan. Ngomong-ngomong soal sakit, apa Chef pernah sakit?”
“Sakit apa yang kamu maksud?”