KALA SENJA

R. R. Danasmoro
Chapter #17

BAB 16

Getar ponsel membuat Arman tersadar. Menyusul kemudian suara nada dering yang menyita perhatiannya. Siapa lagi yang akan mengganggunya? Dia masih butuh istirahat. Relaksasi yang dia dapatkan memberikan efek mengurangi, bukan menghilangkan kelelahan. Arman mencari tahu, melihat ke layar ponsel dan tulisan Jendra terpampang di sana. Akhirnya! Sejak tadi pagi dia berusaha menghugunginya namun tidak ada respon sama sekali.

“Hai, Bro! Kenapa baru kasih kabar?”

Sekarang. Di kolam renang.

“Kamu telepon cuma mau bilang itu?”

Telepon terputus. Arman merasa kesal. Sudah sejak tadi pagi Arman mencoba menghubungi Jendra dan baru sekarang dia mengabari. Meskipun sudah mendapatkan pijatan yang sangat mengurangi rasa lelahnya, tetap saja dia butuh istirahat lagi. Malam sudah semakin larut dan sekarang dia harus menemui seseorang di saat dia sebenarnya bisa istirahat.

Arman melepas jas dan sepatunya. Dia beganti memakai sandal lalu turun menuju kolam renang. Dari lobi hotel dia bisa melihat area kolam renang Hotel Ibis yang tak seberapa besar itu. Seseorang sedang berenang di sana, dan hanya dia sendiri. Malam-malam seperti ini, dia menduga kalau orang yang sedang berenang itu adalah Jendra. Kadang kala dia suka berenang di malam hari. Alasannya sederhana, ingin menyegarkan kembali isi kepalanya. Hal-hal yang membebani pikirannya sering kali membuat otaknya panas dan perlu kesejukan. Berenang adalah salah satu cara membuatnya segar kembali. Kepala dan seluruh tubuhnya bisa terendam air. Baginya, air memberikan tambahan energi tersendiri dalam hidupnya. Meskipun tahu kebiasaannya itu, Arman masih tidak paham dengan tujuan Jendra. Beberapa tahun terakhir Jendra telah banyak berubah. Dia mulai memiliki kebiasaan baru. Meditasi, mendaki gunung, dan segala kegiatan yang menyangkut dengan alam menjadi kegiatan yang dilakukan Jendra.

Arman duduk di kursi pinggir kolam. Jendra berenang menjauhinya, ke ujung timur kolam. Dia berhenti di tepian dan melihat Arman sudah duduk di dekat kolam. Tanpa buang waktu, dia langusng menghampiri. Jendra kembali berenang mendekati Arman, lalu naik dan memakai jubah mandinya.

“Sudah lama di sini?”

“Baru saja,” jawab Arman, lalu mengambil kacang kulit yang ada di atas meja. “Kamu masih suka renang malam-malam, Jen?”

“Iya begitulah,” balas Jendra. “By the way, itu bukan kacang punyaku.”

Arman langsung berhenti mengunyah. Dia sudah mengambil beberapa dan bahkan memakan isinya.

“Tapi punya temenku yang tadi ke sini. Jadi masih baru. Jangan khawatir!” canda Jendra. Arman lega dan kembali mengunyah kacang di mulutnya.

“Bagaimana show kamu tadi? Sukses?” tanya Jendra, lalu meminum birnya.

“Sukses acaranya, sukses dapat lainnya juga,” jawab Arman tanpa basa-basi. Hal seperti ini yang dia sukai jika bersama Jendra. Dia bisa bicara apa saja tanpa harus ditutup-tutupi. Segala uneg-uneg yang dia miliki bisa ditumpahkan pada Jendra. Bukan hanya masalah, tapi juga hal-hal apapun yang ada di hati dan pikirannya sering kali dia ungkapkan pada Jendra. Arman sangat gampang cerita pada temannya yang satu ini.

Jendra paham dengan gaya bicara Arman yang seperti itu. Dia ingin memancing rasa penasaran Jendra. Sayangnya Jendra bukan orang yang mudah dibuat penasaran.

Lihat selengkapnya