Derum sepeda motor terdengar dari sebuah motor gede Sportser 883 Iron, salah satu jenis Harley Davidson. Sandra melongok ke luar melalui jendela kamarnya. Dia melihat ke carport dan menemukan Jendra yang baru saja datang. Ekspresi heran terlihat di raut wajahnya. Dia menutup jendela dan kemudian keluar kamar. Jendra melepaskan jaket kulitnya dan melemparnya ke atas sofa.
“J!” panggil Sandra, namun Jendra tak mendengar. Dia menghampiri dapur, membuka kulkas dan mengambil satu kaleng bir. Sandra mengikuti di belakang, lalu menyambar kaleng bir itu sebelum Jendra sempat membukanya. “J, you didn’t hear me!”
“What?”
“Ada apa dengan kamu? Motor kamu dimana?”
“Well, ada yang rusak tadi. Jadi aku bawa Harley milik teman.”
“Rusak kenapa? Kecelakaan?”
“Nope! Ada masalah dengan karburasinya,” jawab Jendra, lalu dia menengadahkan tangannya dan berkata, “Can I have my beer?”
Sandra mengulurkannya. Jendra menerima kaleng bir itu, membuka dan meminum isinya. Mereka masih berdiri di depan kulkas. Sandra menatap Jendra dalam diam. Jendra merasa bingung dengan tingkah Sandra yang tidak biasa.
“Kenapa?”
“Harusnya aku yang tanya, dan kamu masih belum menjawab pertanyaanku tadi.”
“Pertanyaan yang mana?”
“Pertanyaan yang: ada apa dengan kamu, J?”
“I’m okay.”
“You’re not okay, J! Something’s wrong with you. Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya.”
Emosi Sandra naik, matanya mulai berkaca-kaca, menahan gejolak yang berkecamuk di dadanya. Kali ini dia tidak bisa menahan perasaannya itu. Ingin rasanya dia mengamuk dan meluapkan isi hati dan pikirannya.
Jendra membalas tatapan Sandra. Dia kemudian meletakkan kaleng birnya dan memeluk Sandra.
“I’m sorry.”