KALA SENJA

R. R. Danasmoro
Chapter #23

BAB 22

Arman berdiri di pintu keluar, di samping pintu masuk pemeriksaan saat seorang pria bule mendekati Sandra. Langkahnya seketika terhenti saat itu juga. Tanpa disadari, Arman mengamati dari tempatnya berdiri. Pria bule paruh baya terlihat sangat bergembira saat bertemu dengan Sandra yang terlihat sangat kaget, ketika tiba-tiba muncul sesosok pria di hadapannya. Pria itu tampaknya sangat mengenal Sandra. Entah apa yang terjadi di antara mereka, Arman melihat kedatangan pria itu membuat Sandra terlihat sangat syok. Dia terlihat agak kebingungan dan merespon kata-kata pria itu dengan jeda yang cukup lama. Perlahan Arman berjalan mendekat saat seorang wanita bule memanggil pria itu dengan nama Santiago dan mengajaknya segera pergi. Sandra masih terlihat seperti orang linglung. Saat melihat kehadiran Arman, Sandra mulai bisa mengendalikan diri, meskipun kekikukkannya jelas tampak terlihat.

Suasana tiba-tiba jadi sangat kaku. Sesuatu hal yang seharusnya tidak perlu terjadi. Arman menyadari hal itu. Dia lalu mengajak Sandra ke sebuah coffee shop dan mengobrol di sana.

“Pesawat Chef jam berapa?” tanya Sandra, lalu meminum jus buah pesanannya.

“Harusnya 15.50 nanti. Tapi pesawatnya delay. Jadi harus menunggu lebih lama lagi,” jelas Arman. “Kamu tidak keberatan untuk menemani aku di sini, kan?” tanpa basa-basi Arman langsung mengutarakan keinginannya pada Sandra.

Sandra melirik ke arah jam tangannya.

“Jam berapa nanti?”

“16.45.”

“Oke.”

Sebuah panggilan datang dari ponsel Arman. Melihat layar ponselnya dan dia pun meminta diri lalu berpindah menjauh dari meja. Sementara Sandra membaca booklet di depannya, Arman bicara pada seseorang lewat ponselnya.

Hi, darl. What’s up?” tanya Arman pada seseorang di seberang saluran.

What’s up kamu bilang?! Kamu tidak menghubungi aku seharian ini, sayang. Kamu ke mana saja?” sahut suara wanita di seberang sana dengan nada marah.

“Maaf. Aku bicara dengan Jendra tadi. semuanya tidak semudah yang kita kira. Ada beberapa hal yang harus kami diskusikan,” kata Arman, mencoba menjelaskan. “How are you, darl?” Arman mengalihkan perhatian.

I’m good.

Suasana terasa sangat tidak mengenakkan bagi keduanya. Deru pesawat kembali terdengar dan mengisi jeda bisu di antara mereka.

Lihat selengkapnya