Arman duduk dan mengeluarkan ponselnya. Jarinya membuka swap kunci dan layar pun menyala. Sebuah kata terpampang di sana.
ALIGHIERI
Seorang pramugari berjalan melewatinya. Tiga orang pramugari berdiri memberikan instruksi keselamatan bagi penumpang. Satu orang berdiri di depan. Orang kedua berdiri di tengah. Lalu orang terakhir berdiri di belakang.
Arman mengganti ponselnya ke flight mode, dan kembali lagi pada tulisan yang ada di layar. ALIGHIERI. ALIGHIERI. ALIGHIERI..kata itu terngiang di kepala Arman.
“She gave me a word rather than a phone number,” katanya bergumam, lalu dia pun tertawa kecil, menertawakan diri sendiri. Fool!
“Maybe it’s a clue!” sahut sebuah suara.
Arman menoleh pada sumber suara. That man! Suara seorang pria yang duduk di seberang tempat duduknya. Pria itu ikut menoleh dan tersenyum.
“Santiago!” ucapnya sambil mengulurkan tangan, mengajak berjabat tangan. Arman menyambut dan memperkenalkan diri. “As I said, it can be a clue. Kamu harus temukan sendiri jawabannya,” kata pria asing itu dengan Bahasa Indonesia yang cukup lancar.
“Anda kenal dia?”
“Who?”
“The girl giving this word. Anda bicara dengan dia sebelumnya.”
Santiago terlihat sedang berpikir, mencoba mengingat sesuatu.
“Ahh.. so Sandra gave you that word. I see now.” Santiago kini mengerti, siapa yang membuat Arman bingung seperti itu. “I knew her.”
Pilot memberitahukan bahwa pesawat akan segera lepas landas. Proses yang cukup menegangkan selama beberapa detik untuk sebagian orang. Namun hal itu tidak mengganggu obrolan dua orang asing yang duduk berseberangan di kabin penumpang. Santiago menceritakan pertemuannya dengan Sandra tahun 2010 lalu.
Dua tahun setelah pertemuan Sandra dan Rucio Monreal, mereka bertemu lagi dalam kesempatan yang berbeda. Rucio datang kembali dengan anak, suami dan kakaknya, Santiago Navas. Kali ini untuk pergi menjelajahi kota-kota di Indonesia. Banyak tempat wisata yang siap sedia untuk dijelajahi. Sandra menjemput kedatangan tamu-tamunya di Bandara Internasional Adi Sutjipto.
Sandra menyambut kedatangan Rucio Monreal dan keluarganya. Sebuah pelukan mampir dari Rucio. Dua tahun tidak bertemu, tapi mereka masih intens untuk saling menjaga komunikasi. Janji Rucio untuk datang lagi ke Indonesia pun ditepatinya. Dia tidak sendiri, melainkan bersama keluarganya. Isabela, anak perempuan Rucio yang berumur sebelas tahun tampak sangat senang dalam perjalanan pertamanya ke Indonesia. Liburan musim panas di negaranya dia habiskan di negeri seberang. Sebuah rencana liburan yang dia nanti-nanti, menikmati suasana yang berbeda dari biasanya.
“Dia sangat baik. She’s a really great companion,”cerita Santiago. “Dia banyak membantu kami saat liburan dan juga business.”
“Business?” Arman terlihat bingung.