Sebuah mobil boks berhenti di depan J&A Restaurant. Sopirnya turun sambil membawa sebuah catatan dan mengetuk pintu depan. Adam baru saja tiba saat itu dan memanggil si sopir dengan akrabnya. Dia menyuruh sopir membuka pintu boks sementara dirinya mengecek daftar yang ada di tangannya.
“Tunggu sebentar!”
Adam masuk ke dalam dan meminta beberapa orang yang ada di dapur untuk mengangkut masuk barang-barang yang baru saja datang. Mereka bergegas menuju tempat parker mobil pengangkut barang itu. Pagi ini adalah hari pengiriman. Beberapa bahan makanan dikirim untuk persediaan di gudang selama beberapa waktu. Adam bertanggung jawab memeriksa persediaan dan memesan kepada supplier jika mereka kehabisan barang. Meskipun sebagian besar barang bisa dipesan untuk persediaan selama jangka waktu yang lebih lama, setiap hari restoran ini membutuh beberapa barang yang segar juga. Setiap hari ada orang yang mengantarkan bahan-bahan segar seperti daging dan seafood. Ada juga bahan sayur segar yang juga dikirim setiap pagi.
“Selamat pagi!”
Jendra muncul dari samping mobil boks, mendekati Adam yang sedang mengecek daftar yang dipegangnya dengan jumlah barang yang datang. Dia kemudian menepuk pundak Adam. Semua orang menyadari kedatangan Jendra dan sesaat kegiatan mereka terhenti, seperti terpana melihat sosok yang sudah lama tidak mereka jumpai di restoran ini. jendra berlalu begitu saja meninggalkan keterkejutan orang-orang yang sedang bongkar muat itu.
“Chef Jendra benar-benar kembali?” bisik anak muda yang membawa satu karung kentang di pundak pada teman di sebelahnya.
Adam juga tak kalah terkejutnya pagi ini. Namun dia segera menghentikan bisik-bisik yang mengganggu pekerjaan pagi ini.
“Cepat selesaikan, atau Chef Jendra akan marah karena pekerjaan kalian yang lamban!”
Seperti diingatkan kembali. Mereka pun bergegas membawa barang-barang itu masuk. Semua sudah diturunkan dari dalam mobil boks dan telah dicocokkan dengan daftar. Adam menandatangani surat jalan serta daftar terima barang lalu menyerahkan salinan kedua kepada sopir. Mobil itu berjalan meninggalkan pelataran parkir restoran, dan berganti dengan sebuah mobil sedan. Arman keluar dari dalam mobil itu dan membawa satu tas hitam di tangan kirinya.
“Jendra sudah datang?” tanyanya pada Adam.
“Sudah, Chef. Baru saja beliau masuk,” jawab Adam.
Arman kemudian menyusul masuk ke dalam. Beberapa waiter dan waitress sedang membersihkan meja saat dia berjalan melewati restoran, menuju ke dapur. Tidak seperti biasanya, kali ini dia langsung masuk ke dapur dan tidak mampir dulu ke dalam ruang kerjanya.
“Pagi, Chef!” sapa pegawainya.
“Terlambat seperti biasanya!” sahut Jendra yang sedang mengasah pisau Damascus miliknya.
“Well, senior! Sepertinya aku masih belum bisa mengalahkan rekor tepat waktumu. Atau mungkin sebaiknya kita tinggal bersama dan setiap hari berangkat bersama-sama?” timpal Arman.
“You know, that’s not gonna happen!” Never! tambah Jendra dalam hati.
Pagi yang sangat meriah dengan ocehan kedua chef yang sudah beberapa bulan ini meninggalkan J&A Restaurant. Ada rasa senang di dalam hati mereka bahwa J&A Restaurant akan kembali menjadi favorit. Walaupun konsekuensi dimarahi akan lebih sering, setidaknya pembelajaran dari dua chef profesional ini menjadi nilai tambah untuk pegawai dan siswa magang di sana.
Suasana seketika menjadi lebih bersemangat. Mereka yang kerjanya lamban langsung saja kena semprot dari mulut Jendra. Seperti biasa, sudah menjadi adatnya jika Jendra mengomeli orang-orang yang tidak bekerja dengan benar sesuai standar yang sudah dia tetapkan.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas. Sebentar lagi memasuki jam makan siang. Restoran sudah dibuka dan beberapa tamu rupanya sudah menunggu. Tony sang Matre D hari ini sudah siap menyambut tamu dan mempersilahkan mereka duduk. Dia memberikan buku menu pada tamu pertamanya dan mendampingi mereka. Ada beberapa menu baru yang dicantumkan untuk makan siang hari ini. Sebuah penarik perhatian yang cukup berhasil. Tamu-tamu banyak menanyakan menu baru itu. Seorang pelanggan wanita menanyakan dengan detail tentang menu yang sebelumnya belum pernah dia coba selama menjadi pelanggan di J&A Restaurant.
“Kalau begitu aku pesan Salad Marcelo, lalu Beef Constantinopolis, dan Delice d’Orphee.”
“Baik, Nyonya?”
“O ya, dan Lime Squash. Jangan lupa!”
“Ada lagi, Nyonya?”
“Tidak. Itu saja. Dan tolong panggilkan Irene, ya?”
“Baik. Tolong tunggu untuk pesanan Anda!”
Tony kemudian membawa catatan pesanan wanita itu ke dapur.
“Chef!” panggil Tony. Dia hendak menyerahkan tiket pesanannya pada Arman namun rupanya yang ada di hadapannya adalah Jendra. Dia terkejut dan malah terdiam.
“Give your ticket!” bentak Jendra.