Suasana sangat meriah di Jakarta Convention Centre. Stand yang ditata semirip mungkin dengan restoran dan café para peserta pameran berhasil menarik pengunjung. Para pengunjung itu singgah menikmati hidangan yang disajikan dalam menu. Meskipun daftarnya lengkap, namun makanan yang disediakan di stan tidak komplit seperti yang disajikan di restoran mereka. Stan kecil yang disediakan panitia hanya muat untuk menampung tak lebih dari empat orang saja. Satu meja dan empat kursi disediakan oleh peserta pameran. Sisa ruangan ditata sedemikian rupa agar mirip dengan restoran aslinya.
“Dimana Arman?” tanya Irene pada Adam yang baru saja selesai membereskan alat masaknya.
“Saya belum melihatnya dari tadi,” jawab Adam.
“Mungkin dia sedang ngobrol dengan seseorang di Publico.”
Tiba-tiba seorang pria menyahut dari belakang Irene. Dia memakai chef jacket berwarna hitam dengan lengan pendek dan nama dada di sebelah kiri bertuliskan Andrew.
“Apa Anda tidak ada kerjaan di tempat Anda sendiri hingga harus mengurusi stand orang lain?” tanya Irene, ketus.
“Aku hanya lewat dan tidak sengaja mendengar apa yang sedang merisaukanmu, Sayang. Mungkin kamu butuh bantuan.”
“Well, sepertinya bantuan Anda itu tidak cukup membuatku senang. Mungkin kalau Anda pergi dan mengurusi urusan Anda sendiri bisa membuatku bernafas lebih lega.”
Andrew berdiri di depan Irene. Dia semakin tidak senang dengan sikap Andrew.
“Aku sudah memperingatkanmu, Irene. Tapi kamu masih tidak percaya.”
“Apapun masalahku, biar itu menjadi urusanku,” dengan tegas Irene mengatakan kata-kata itu. “Dan satu lagi. Anda tidak berhak memanggilku ‘sayang’.”
Andrew melihat kekukuhan dalam diri Irene. Dia lalu pergi dengan perasaan kecewa.
Irene benar-benar merasakan kesal dan sesak di dadanya. Dalam hati dia bertanya, kenapa gosip semacam itu selalu datang dari Andrew. Dia tidak pernah menggubris perkataan Andrew, karena semua itu tidak selalu benar. Tapi dengan rencana yang sedang dia jalankan sekarang, dia akan mencari tahu kebenaran berita itu.
Irene berjalan menjauhi Adam. Dia sedang mencoba menghubungi seseorang dan berusaha menjauhkan Adam dari jangkamuan pendengaran. Lama dia menunggu dan setelah dua kali usaha, orang yang dia hubungi pun mengangkat teleponnya.