KALA SENJA

R. R. Danasmoro
Chapter #52

BAB 51

Pukul 03.30 dini hari, panggung Teater Besar ISI Surakarta tampak lengang dan hanya menyisakan seorang perempuan menari di atasnya tanpa iringan apapun. Masih sama seperti waktu-waktu sebelumnya, gerakannya teramat pelan namun dinamis. Dua jam tiga puluh menit lagi menuju waktu penutupan. Wajahnya agak memucat karena lelah, namun tekatnya tak juga surut. Semangat menuju akhir malah semakin membara. Tinggal dua jam lagi, batin Sandra, dan senyuman selalu tersungging di bibirnya.

Jendra berjalan menuruni tangga memasuki area tempat duduk penonton sambil membawa sesuatu di tangannya. Dia melihat Sandra dari tempatnya tanpa sedikitpun memperhatikan sekeliling. Suara dengkuran terdengar dari bangku-bangku penonton yang dipenuhi orang-orang yang pulas dalam tidur sementara Sandra masih terjaga dalam aksinya. Dia mengetahui kedatangan Jendra yang seperti bayangan. Lampu hanya menyinari area panggung. Tubuh tingginya tampak seperti bayangan yang berjalan di kejauhan. Meskipun begitu, dia tahu sosok itu adalah Jendra.

Jendra menghampiri Sandra sambil membawakan minuman hangat. Sari jahe kencur cocok untuk memberikan kehangatan di badan dalam cuaca yang dingin di pagi buta ini.

“Minum!” suruh Jendra. Dia juga membawakan sendok untuk Sandra. Satu suap masuk ke mulut Sandra. Uap masih mengepul dari gelas yang Jendra bawa.

“Kamu tidak tidur, J?” tanya Sandra.

“Sudah, hanya sebentar,” jawabnya, lalu menyuapi Sandra lagi.

Beberapa orang terbangun dari tidurnya dan melihat Sandra serta Jendra di atas panggung. Seorang pria beranjak dari tempat dia tidur sebelumnya sementara yang lain hanya melihat ke arah jam tangan dan tidur lagi.

Sandra merasakan cukup untuk minum. Dia meminta Jendra berhenti menyuapi.

“Kamu tahu, J? Dulu kamu tidak membagi tebu buatku karena tarianku jelek. Kamu selalu mengejek tarianku dan tidak mau membantu jika aku tidak menari dengan baik. Apa sekarang kamu membantu dan membagi minuman denganku karena tarianku bagus?”

Jendra tertawa kecil menanggapi pertanyaan Sandra.

“Apakah sekarang waktu yang tepat untuk berlaku demikian?” Jendra malah balik bertanya. “Kita bukan anak kecil lagi, Senja.”

Sandra tersenyum kecil. Matanya menatap mata Jendra.

Lihat selengkapnya