“Jen! Bangun!” Arman membangunkan Jendra yang masih terlelap dalam tidur sementara pesawat telah mendarat. Jendra segera membuka matanya dan menguap lebar. Dia bersyukur bisa tidur nyenyak dan merasa lebih segar saat bangun. Hiruk pikuk orang-orang yang bersiap turun membuatnya benar-benar tersadar. Apalagi ada suara anak kecil yang menyahut tak jauh darinya. Dia melihat Arman sedang membantu seorang perempuan mengeluarkan barang dari dalam bagasi yang ada tepat di atasnya.
“Sekar?” panggilnya kemudian, meskipun tak yakin dengan nama yang keluar dari mulutnya. Perempuan itu pun menoleh.
“Mom! Where’s my bag?” tanya Jagat.
Arman keheranan karena rupanya Jendra mengenal Sekar. Para penumpang yang hendak keluar pun memaksa mereka untuk bergerak cepat. Segera Arman mengambilkan barang milik Jendra dan mereka berempat keluar dari pesawat.
Sekar mengajak anaknya untuk mengambil barang-barang yang lain. Kopor mereka disimpan di kabin bawah pesawat dan masih belum keluar. Mereka harus menunggu di tempat pengambilan barang. Ban berjalan sudah membawa banyak tas namun bukan satu pun milik Sekar.
Jendra tidak menyangka kalau dia bisa bertemu Sekar di sini. Sudah lama dia tidak melihat dan mendengar kabar darinya. Dan saat dia bertemu, Sekar sudah memiliki anak.
“Kamu mengenal dia?” tanya Arman.
“Ya. Kami bertemu di Perth,” jawab Jendra.
Jendra dan Arman masih berada di sana. Barang milik Sekar masih belum keluar. Terlalu lama menunggu membuat Jagat tertidur. Jendra dan Arman menawarkan diri untuk menjaganya.
“Kalian berteman?”
“Ya. Tapi kemudian aku pulang ke Indonesia. Dan kami pun berpisah.”
Pikiran Arman yang sempat mengusiknya pun kembali memenuhi kepalanya.
“Jen.. apakah kamu menemukan Senja?” tanyanya tanpa basa-basi. Dia membutuhkan jawaban atas semua pertanyaannya selama ini. “Saat pulang ke Indonesia, apa kamu menemukan Senja?”