“Aku bicara dengannya,” kata Arman.
Jendra menahan tubuh Jagat yang kembali menggeliat.
“Sandra is Senja, right?”
Jendra membenahi posisi tubuh Jagat. Konsentrasinya terbagi antara mendengar cerita Arman dan menahan Jagat yang mulai gelisah dari tidurnya.
“Kamu bicara dengan dia?”
“Ya. Aku melihat Ratih membawa kotak musik itu dan aku mencari tahu dari mana dia mendapatkannya. Aku pikir, tidak mungkin sebuah kebetulan terjadi sepersis itu. Kotak yang sama dan tanda yang aku buat juga terletak di tempat yang sama.”
Arman menceritakan bagaimana dia akhirnya bisa bicara dengan Sandra. Selepas obrolannya dengan Ratih di pendopo padepokan, Sandra menyusul mereka berdua. Ratih masih merajut sementara Arman masih terjebak dalam kegamangannya. Dia masih memegangi kotak musik yang tengah mengusik pikiran dan memorinya
“Chef!” Sandra memanggil. Arman hanya menoleh tanpa menyahut panggilan Sandra. “Sedang apa di sini?” Sandra melihat Arman memegang kotak musik yang dia berikan pada Ratih.
“Ini punyamu?” tanya Arman, sambil menekan perasaan yang sedang bergejolak di dadanya.
Sandra terlihat agak kaget saat Arman menanyakan hal itu.
“Dulu itu punyaku. Tapi aku sudah memberikannya pada Ratih,” jawab Sandra.
“Why?”
“Terkadang kita harus melupakan masa lalu dan melanjutkan hidup, Chef.”