Arman duduk sendiri di bangku penumpang. Taksi yang dia tumpangi melaju menuju tempat penyelenggaraan acara tahunan ICA. Kemacetan ibukota menyambut dengan bising suara klakson yang saling bersahutan. Sopir taksi mencari jalur alternatif menghindari daerah-daerah yang rawan macet. Meski harus memutar agak jauh, mereka pun sampai di tempat tujuan. Ponsel Arman masih saja berdering sedari tadi, namun dia tidak memperdulikannya. Kerumitan yang ada di kepalanya menguasai tak kenal ampun.
Arman turun dari taksi. Kembali ponselnya berdering dan kali ini dia mengangkatnya.
“Aku di luar,” kata Arman, lalu dia mematikan ponselnya.
Arman masuk ke dalam lobi dan menuju hall, tempat acara digelar. Dia melihat Irene berjalan cepat ke arahnya. Tampak sangat terburu-buru dan dia pun langsung memeluk Arman.
“Thank’s God!” katanya, “Acara sudah dimulai. Sebentar lagi pengumuman ketua baru. Di mana Jendra?” tanya Irene, heran karena Arman hanya datang sendiri.