Kalam Cinta Untuk Elly

Nuzulul Rahma
Chapter #3

Ujian Kesabaran

Untuk sesaat Elly dan Marwah saling memandang, ‘Mungkinkah itu Siska?’ batin Elly bertanya-tanya, “Maaf, bukan seperti itu. Peraturan tetap, hanya saja mungkin ini kelalaian saya, kurang waspada. Terima kasih untuk informasinya.”

“Ya, tolong itu dijaga! Jangan kayak bunglon, berubah-ubah sesuai tempat, sama halnya manusia munafik!” tegasnya dengan wajah marah.

“Baik, Mbak. Terima kasih, kami permisi dulu. Assalamualaikum,”

“Waalaikumsalam,” jawabnya―berlalu meninggalkan lokasi.

****

‘Dek, tolong usahakan sesudah kuliah sesegera mungkin pulang! Ada musyawarah bersama,’ pesan Elly terkirim melalui grup WhatsApp.

Menyesal―selaku ketua asrama― belum bisa amanah menjaga adik-adik, sekarang malah kecolongan―salah satu dari mereka keluar tanpa memakai perlengkapan wanita muslimah bersama seorang lelaki, “Astagfirullah,” lirihnya, mengingat betapa Siska telah mempermalukan harga dirinya sendiri.

Alarm berbunyi begitu nyaring―mengingatkan si pengatur untuk menjalankan tugas, “Dek, aku ke kampus bentar ya. Kamu masih ada kuliah?” Elly merapikan laptop beserta perlengkapan bimbingan. Karena merasa tidak ada respon dari lawan bicara, dia memandang ke Marwah sesaat yang sedang terbaring di kasur menghadap langit-langit kamar, “kenapa?” tanyanya―melangkah mendekat―duduk di samping, menyentuh tangan si empu.

Marwah berjingkat―terkejut―mendapati Elly sudah di sampingnya, “Ada apa mbak?”

“Kamu masih ada kuliah?” ulang Elly,

“Enggak mbak, yang malam kosong.” Hening sesaat, “mikirin dospem mbak, bingung aku tuh sama beliau. Kapan hari aku diminta ganti judul―udah disetujui. Sekarang, mau ujian proposal, malah dibilang judulku enggak kuat. Pusing!”

Elly tertawa renyah―bukan bermaksud menghina―membenarkan, dospem suka memberi syok terapi mahasiswa bimbingannya, “Udah, lanjutin aja. Paling entar beliau juga lupa kalau pernah bilang gitu,” responnya disela tawa.

“Yang bener aja, Mbak? Tapi, khawatir juga sih, kalau enggak keburu buat ujian,” Elly lagi-lagi tertawa, “Udahlah, lanjutin aja. Sebelum jadi bimbingan skripsi gini―menunjuk laptop di tas―dulu juga pernah lu dapat syok terapi gitu dari dospem. Cuek aja, waktu ujian proposal juga lulus-lulus aja. Berlanjut sampai sekarang,”

“Itu dospem kamu mbak,”

“Iya, sih,” Elly nyungir,

Marwah melirik sedikit dengan gaya sinis―bercanda, “tapi, aku juga tambah pengutan referensi dibeberapa penjelasan. Emm ..., mungkin karena itu, akhirnya boleh lanjut ke skripsi.”

“Aku juga gitu aja kali ya?” dia menggelembungkan pipi sebelah kiri―manggut-manggut, “thanks, Mbak,” memukul pelan lengan Elly, berlari menjemput laptop―lanjut bertugas.

****

Lina yang sejak pagi jadwal kuliah penuh belum sempat mengonfirmasi kehadiran di grup, disela pergantian waktu kuliah menyempatkan diri membaca pesan―telinga mendengarkan informasi kelas,

Lihat selengkapnya