Kalau Memang Terindah Kenapa Harus Jadi Mantan?

Irvan D
Chapter #5

Yang Tak Lagi Sama, Tapi Tak Pernah Hilang

"Beberapa orang tidak benar-benar pergi. Mereka hanya berpindah tempat: dari genggaman jadi kenangan."

Hari-hari setelah perpisahan seperti angin yang lewat di antara jendela: hening tapi menyisakan jejak. Sekolah sudah tak lagi penuh suara. Sudah tak ada panitia, tak ada panggung, tak ada aula yang harus dihias.

Yang tersisa hanya ruang kelas kosong dan bangku yang tak akan ditempati lagi.

Keyra kembali ke sekolah dua hari setelah acara. Katanya untuk mengambil dokumen, tapi sebenarnya ia hanya ingin duduk sebentar di kursinya—bangku nomor dua dari depan, dekat jendela. Bangku tempat ia menulis surat ke dirinya sendiri setiap akhir semester.

Bangku tempat ia pernah menahan tangis saat Reyhan pertama kali bilang, "Aku butuh waktu sendiri."

Hari itu, Reyhan muncul di sekolah juga.

Tanpa janjian. Tanpa rencana.

Hanya dua orang yang masih belum selesai dengan perasaannya masing-masing.

"Aku tahu kamu bakal datang," kata Reyhan sambil duduk di bangku sebelahnya.

Keyra menghela napas. “Lucu ya… Sekolah kosong aja masih bisa ketemu kamu.”

“Mungkin karena belum ada yang bener-bener selesai,” jawab Reyhan pelan.

Mereka diam. Hening yang tidak canggung, tapi juga tidak nyaman. Di tengah-tengah, seperti semua hal di antara mereka.

"Aku baca surat kamu," kata Keyra akhirnya. “Dan aku nulis balasan. Tapi nggak aku kirim.”

Reyhan menatapnya. “Kenapa?”

“Karena kalau aku kasih ke kamu, kita jadi kayak dua orang yang saling minta maaf tapi tetap nggak bisa mulai dari awal.”

Reyhan tertawa kecil, getir. “Iya. Kadang memang cinta bisa selesai, tapi sayangnya... perasaan nggak tahu cara berhenti.”

Lihat selengkapnya