Jam menunjukkan pukul sembilan, menandakan jam istirahat telah dimulai. Tanpa pikir panjang, Kaela langsung melangkah menuju kantin sendirian. Ia sudah tahu teman-temannya tidak akan berbicara dengannya setidaknya sampai hari ulang tahunnya tiba. Dalam perjalanan, matanya menangkap kerumunan siswa yang berdesakan di depan papan pengumuman. Suara bisik-bisik samar terdengar dari berbagai arah, menyatu dalam riuhnya suasana istirahat.
"Loh? Pengumuman apa lagi ini? Jangan bilang ada yang kecelakaan lagi..." pikir Kaela, langkahnya melambat saat mendekati kerumunan. Begitu berada di dekat papan pengumuman, ia sempat sekilas membaca tulisan yang terpampang di sana. Seorang siswi di sekolah ini meninggal karena kecelakaan.
Kaela menahan napas. Jantungnya berdebar.
Baru saja ia ingin melihat lebih dekat, tiba-tiba telinganya berdenging. Dunia seakan berputar. Pusing menyerang tanpa peringatan.
Di tengah usahanya untuk tetap sadar, dari sudut pandangannya yang kabur, ia melihat sesuatu sesosok bayangan berdiri di kejauhan, menatap lurus ke arahnya. Dengan langkah goyah, Kaela berbalik dan berlari menjauh dari kerumunan, tangannya mencengkeram bagian depan bajunya. Ia tak tahu harus ke mana, tapi nalurinya membawanya ke toilet terdekat.
Begitu masuk, ia buru-buru menutup pintu dan bersandar di sana, berusaha mengatur napasnya yang memburu. Tangannya gemetar saat meraih wastafel.
"Santai, Kaela. Kamu cuma pusing. Cuma kecapean..."
Ia menunduk, membasuh wajahnya dengan air dingin. Sensasi dingin sedikit menenangkan, tapi saat ia mengangkat kepala dan melihat ke cermin, tubuhnya menegang.
Tak ada pantulan di sana.
Kaela membeku. Napasnya tercekat. Ia mengedipkan mata, berharap ini cuma ilusi. Tapi tidak. Cermin itu hanya memantulkan ruangan kosong.
Di saat yang sama, suara samar terdengar di belakangnya. Suara langkah pelan seperti seseorang yang mendekat.