Malam itu November musim penghujan, segerombol laron keluar dari persembunyiannya di bawah tanah, berterbangan mencari kehangatan dalam cahaya pada lampu-lampu jalanan dan rumah penduduk. Begitupun di indekos Aron Wibisana, pemuda itu nampak kewalahan mengusir lusinan laron menggunakan sarung sambil membaca notifikasi yang baru masuk, kadang-kadang dahinya mengernyit.
Kini Aron duduk di kasurnya yang beralas tatami, sudah tidak peduli lagi dengan serangga kecil sialan itu. Pesan ini sudah cukup membuat kepalanya pusing, dari segi manapun ini sangat aneh, seandainya yang mengiriminya adalah Erpin atau Wirawan, Aron tidak perlu repot-repot memikirkannya. Masalahnya pesan itu dari sepupunya, Ayesha yang barangkali hampir setahun tidak pernah mengiriminya pesan dalam bentuk apa pun. Dan sekali mengiriminya pesan, sepupunya itu langsung menghujaninya dengan omong kosong— yang rasanya dia baru saja membaca notifikasi dari jasa joki pinjol.
Untuk sepupuku Aron
Apa kabar, Ron? Lama tidak bertemu padahal kau kuliah di Bandung.
Ok, aku yakin kau baik-baik saja. Hmm malah lagi bolos matkul dan ngerokok di pojokan kantin, kan? Atau jika notifikasi ini masuk ketika malam, kau sedang kencan dengan gebetanmu? Siapa yang tahu, itu memang kebiasaanmu.
Baiklah, baik, aku tidak akan kebanyakan ngomong. Kupikir ketika kau sedang membaca ini, aku sudah tidak sadarkan diri, aku koma.
Jangan khawatir Ron, aku tidak bakal mati kok, semoga saja.
Ok, jadi sebenarnya aku mau minta tolong Ron. Begini ... ada sesuatu pekerjaan penting yang mengharuskanmu tinggal di rumahku selama beberapa hari, mungkin minggu. Aku sengaja menunggu hari libur semester ini— kau tahu hampir selama dua Minggu aku menunggu, dan akhirnya hari ini tiba! Kau tidak mempunyai alasan untuk menolak ini Ron.
Tolong jangan tolak ya Ron, aku tidak tau harus minta tolong ke siapa lagi, kau tau sendiri, kan, si Aster kuliah di LA. Dan saat ini kau satu-satunya saudara terdekatku— maksudku kita sebaya. Tidak mungkin, kan, aku meminta tolong ke paman atau bibi, bisa-bisa semuanya kacau. Bisa saja aku meminta tolong teman dekatku, tapi dia tidak sebebas kau yang bisa keluar masuk rumahku kapan saja, bukan?
Aku sudah meninggalkan beberapa surat yang tersegel dan kunci gudang di bawah kasurku. Nah, kau tinggal masukan semua surat itu ke dalam kaleng kerupuk. Cari saja di bawah meja perpustakaan yang lantainya bisa mencuat, di baliknya akan ada kaleng yang aku maksud.
Setiap hari kau harus mengecek kaleng itu, barangkali aku akan mengirimimu surat— aku tahu ini tidak masuk akal, tapi akan kujelaskan nanti. Pokoknya kau harus mendengarkan perintahku Ron, nantinya kau bakal tahu sendiri kok.
Seandainya kau tidak mau mendengarkanku, kusumpai pantatmu bisulan!
Hei aku bercanda, jangan marah, ok?
Tapi jika kau benar-benar tidak mau mendengarkanku, kau benar-benar payah! PAYAH RON!
Oh ya, Ron, omong-omong aku masih memiliki beberapa foto ketika kita masih kanak-kanak. Bagaimana jika foto ketika kau kencing dari atas pohon kersen, atau ketika kau diam-diam ngupil dan kau taruh di bawah meja ku-upload di ig? Followers ig-ku lumayan banyak, dan beberapa termasuk temanmu.
Nggak mau, kan?
Makannya kau harus membantuku, please!
Kalau begitu sudah ya, waktuku tidak banyak, aku mesti melakukan sesuatu yang penting lainnya.
Aku mempercayaimu Ron, meski kau kampret.
Dari sepupumu, Ayesha.
Aron masih menatap notifikasi itu, dia menggaruk rambutnya yang berantakan; ulang tahunnya masih lima bulan lagi, dan pesan ini bahkan lebih payah daripada pesan jasa pinjol mana pun! Ketika pintu terbuka, dan kedua temannya, Erpin dan Wirawan masuk, Aron sedang serius mengetik balasan untuk sepupunya.
Erpin dan Wirawan mulai mempersiapkan peralatan yang mereka bawa untuk membuat konten You Tube yang sudah direncanakan jauh-jauh hari, sesekali Wirawan menggerutu sambil mengibaskan laron-laron yang menempelinya.
"Woi, bantu kami!" Erpin menendang pelan betis Aron menggunakan kakinya, Aron tak bergeming. "Serius amat, kutebak kau sedang berbalas pesan dengan si seksi Rusia, Melanie?"
Aron menggeleng bersamaan dengan itu Wirawan menimpali, "Kalau begitu si manis Ashley?"
"Bukan. Ayesha, sepupuku," jawabnya.
Wirawan nampak lega. "Yang mana saja, asal jangan si cantik Amber."
"Tahi kucing," timpal Erpin, "memangnya dia mau denganmu?"
"Asal kalian tahu, tidak ada yang mau dengan kalian berdua. Lebih baik bantu aku saja kenapa Ayesha mau menipuku seperti ini!"
Serempak Erpin dan Wirawan menendang betis Aron sambil berkata; 'sialan kau! kampret kau!', yang membuat pria itu mengerang dan balas melakukan perlawanan namun tidak kena.
"Memangnya isinya seperti apa, sih?" Erpin dan Wirawan yang nampak penasaran kini mulai membaca notifikasi itu.
Mereka rupanya tak ambil pusing dengan pesan itu, malah mereka mencibir sambil tertawa ketika membaca kelakuan masa kecil temannya itu. Diam-diam mereka bersekongkol akan mendapatkan foto-foto itu kelak.
"Akan menyenangkan jika kita memiliki foto-foto itu," bisik Erpin, ketika Aron sedang mengambil soda di lemari es.