Kali Ini Tentang Aku

iyaaaku
Chapter #1

Kamis

Sungguh kesal, pagi ini tak ada yang bisa mengantarku ke sekolah. Tidakkah malu jika adik kelas menatap remeh karena kita sering terlambat? Berhubung aku sudah kelas sebelas tentu aku malu jika ada adik kelas yang melirikku lebih rendah darinya. Aku bukan tipe yang tinggi hati tapi hanya tak mau dianggap remeh oleh orang-orang apalagi jika perbandingan umurnya lebih muda dariku.

"Mimo! aku kira mu gak bakal hadir." heboh teman sebelah bangku ku yang biasa ku panggil Aiah, bukan seorang ayah ya. Nama depannya Aisyah biasanya dipanggil Ai, semenjak kelas sepuluh nama itu tidak bisa dipanggil di sekolah karena walas kami namanya juga Ai, sekarang sudah terbiasa orang-orang memanggilnya Aiah. Kelas-kelas tidak diacak setiap naik kelas, itulah sistem sekolah kami berhubung dari kelas sepuluh sudah penjurusan IPA dan IPS.

"Gak lah, kalau gak hadir pasti aku bakal kasih kabar subuh-subuh ke mu sih." jawabku.

"Iya makanya, aku jadi mikir-mikir kok tumbenan ya Mimo gak kasih kabar bahkan ngirim pesan pun enggak. Kan tumben mu datang jam segini, biasanya pagi-pagi udah hadir padahal waktu kelas sepuluh kan mu si paling hadir pertama. Tapi iya sih, sekarang mu suka datang jam pas-pasan." tambahnya lagi.

Memang benar dulu dikelas aku sering datang pagi dan aku adalah orang pertama yang selalu ada di kelas. "Iya ya, dulu kelas sepuluh aku rajin. Mungkin juga faktor transportasi."

"Maksudnya?" tanya Aiah lagi, berbarengan dengan bunyi bel pertanda jam pertama harus dimulai, guru mata pelajaran pagi ini juga sudah kelihatan menuju kelas, lagi berjalan dikoridor.

"Nanti istirahat kita lanjut deh, sekalian aku juga punya cerita." ucapku sambil menaik-naikkan alis.

"Ohh, yang mu bahas di chat kemaren?" tanya Aiah antusias.

"Iyaa, tapi nanti istirahat." Aiah menunjukkan dua jempolnya dengan senyum kesiapannya menanti ceritaku dengan semangat. Lalu kami memutar tubuh menghadap ke depan, papan tulis.

Selesai sudah tiga jam bersama guru matematika peminatan. "Parah-parah, otak gue hampir gosong." keluh Piru terdengar satu kelas setelah Bu Nil keluar pintu.

"Emang kita peduli?" sahut Beggi.

Lihat selengkapnya