Tiga tahun berlalu semenjak pertemuan aku dan Rama di taman. Tak ada tegur sapa bahkan menatap rindu pun terkadang enggan kita lakukan. Bukan bermasalah dengan jarak, tapi sepertinya Allah sedang mendewasakan setiap pemikiran kita satu sama lain.
Hari-hariku semakin bermakna setiap harinya. Menjadi mahasiswa tingkat 3 jurusan PGSD di salah satu universitas negeri yang ada di Bandung adalah keseharianku. Tak banyak hal yang aku lakukan selain mengikuti kegiatan perkuliahan dan aktif di salah satu ormawa kampus.
"Elina, kamu liburan semester ini mau kemana?". Tanya Bibah salah satu sahabatku.
"Entahlah, aku masih belum kepikiran. Kalau kamu mau kemana?", tanyaku pada Bibah.
"Libur semester tahun ini aku mau bertemu dengan calon tunanganku. Kebetulan sebelum lebaran dia udah mengambil cuti tahunannya". Kata Bibah menjawab pertanyaanku.
"Senang sekali mendengarnya. Semoga pertemuannya dilancarkan yah Bi". Kataku kepada Bibah.
Tahun ini hanya sedikit waktu liburan karena ada kegiatan KKN dari kampus selama 40 hari.
Hari itu menjadi akhir percakapan aku dan Bibah sebelum masuk kelas untuk ujian akhir semester.
Rama? Dia sedang melaksanakan tugasnya di sebuah pulau yang letaknya bersebrangan dengan pulau yang aku pijak saat ini. Aku dan Rama belum pernah bertemu semenjak terakhir kita bertemu dan saling mengutarakan isi hati di taman waktu itu. Perasaanku padanya? Saat ini masih sama hanya bisa mendo'akan untuk kesehatan dan keselamatannya.
Semua kegiatan yang berhubungan dengan kampus telah aku dan teman-temanku jalani.
Bulan depan nanti aku akan menjadi mahasiswa tingkat akhir yang dipenuhi dengan menunggu kembali. Kali ini yang aku tunggu sedikit berbeda dari biasanya. Lebih memberi kepastian dibandingkan dengan yang biasa aku tunggu sebelumnya.
Ku dapati handphoneku berdering nada spesial yang hanya aku berikan untuk seseorang yang spesial juga. Ya, Rama. Dia menelponku dan mengatakan bahwa dia sedang berada diperjalanan menuju rumahku.
Entah apa yang aku rasakan saat itu, yang ada hanya diam dan tak terucap sepatah kata dari bibirku. Air mata di ujung sudut mataku sedikit mengalir menandakan haru yang hatiku rasakan. Segera aku bergegas menuju rumahku yang saat itu aku sedang berada di sebuah toko buku untuk membeli buku yang dapat menunjang skripsiku nanti.
Sesampainya di depan gerbang halaman rumahku, kudapati seorang pria mengenakan seragam berwarna loreng yang selalu dia impikan sedang berdiri tegap memandang ke arahku.
"Dia benar-benar datang". Ungkapku dalam hati.
Saat itu kakiku terasa lemas dan tak berdaya hanya untuk melangkahkan menuju ke arahnya. Alhasil hanya mematung saat itu.
"Kamu diam aja di sana, biarkan aku yang melangkah ke arahmu Elina". Kata laki-laki tegap itu.
Dia berjalan ke arahku dengan gagahnya. Tepat dihadapanku dia berdiri saat itu. Mata kita saling menatap dan air mata bahagia hadir di tengah-tengah tatapan itu.
"Aku rindu kamu Elina Hifza Ghaziyah". Kata dia kepadaku.
"Aku juga rindu kamu Rama Adyatma". Kataku membalas ucapannya.
Tatapan mata kita berakhir setelah aku yang tiba-tiba mendadak bersin di hadapan Rama.