Hujan selalu membawa kenyamanan dan kenangan. Menabur aroma khas pethicor pada penciuman. Selalu membuat Sabrina berhasil terhanyut dalam lamunan. Tapi tidak kali ini. Dadanya tiba-tiba sesak mendorong air mata yang selama ini sangat susah menetes. Semua itu bermula tadi pagi. Saat dengan tegas Dhani meminta Izin kepada Sabrina untuk menikah lagi.
Hujan masih deras, Dhani belum pulang ke rumah. Ucapan Dhani seolah ribuan panah beracun yang menancap tepat dijantungnya. Mengantarkan seluruh racun melalui pembuluh darah ke semua organ tubuh. Sabrina menangis. "Apa salahku selama ini, Mas. Apa kurangku selama ini, Mas. Kenapa kau begitu tega," desahnya dalam isak. "Kenapa ini harus terjadi ya Allah ...ujian atau azabkah ini?" Sabrina berkomunikasi dengan hatinya sendiri.
Cinta. Jika ada orang yang berkata sangat memahami cinta maka dia sesungguhnya sedang menyembunyikan definisi cinta itu sendiri. Karena sejak Adam dan Hawa dianugerahi cinta, Zulaikha tergila-gila pada yusuf, Qaisy dan Layla sampai gila, sampai sekarang belum ada yang mampu mendefinisikan cinta dengan pas dan pasti. Cinta tak kan pernah terdefinisikan dengan kata-kata. Dia hanya ada pada tindakan dan kisah-kisah.
Begitu pula dengan Sabrina. Ia mengira cintanya akan selesai pada Dhani Abimanyu. Untuk itu ia rela mengikhlaskan Igo untuk pergi. Dhani adalah sosok pria yang kharismatik dan bertanggung jawab. Beda dengan Igo. Ia lebih banyak berpikir tentang masa depan hingga Sabrina memilih Dhani ketimbang Igo yang lebih dulu mencintai dan dicintanya.
Rumah tangga mereka terbilang bahagia tanpa kekurangan sesuatu apa pun. Hingga hadirlah Maryam, sahabat lama Sabrina. Rumah tangga mulai goyah bahkan Sabrina harus rela berbagi suami dengan sahabat terdekatnya. Perih. Sangat perih. Sabrina harus bertahan mati-matian demi mempertahankan rumah tangga demi Alvira putri semata wayangnya.
Hingga suatu hari Sabrina bertemu kembali dengan Igo. Kekasihnya di masa lalu yang berstatus duda. Sabrina pun menceritakan apa yang sedang terjadi pada dirinya. Hingga terucaplah kata dari bibir Igo. Aku akan selalu siap menjadi pelindungmu. Aku akan selalu ada buatmu untuk menumpahkan keluh kesah hidup.