Adakah yang lebih indah dari senja sore itu? Ada. Dialah Sabrina.
Sabrina tersenyum menatap dirinya di cermin. Gamis putih yang dipadukan dengan kerudung model siria hoodie warna cream dengan aksen kembang melati putih memancarkan aura bidadari dalam dirinya. Tak ada gadis yang tidak akan bahagia menghadapi momen seperti ini. Momen di mana akan bertemu dengan pria yang akan menjadi pendamping sekaligus pelindung sepanjang hidupnya. Sabrina menarik nafas dalam. Senyum bak mawar pun kembali mekar di bibir tipisnya.
Dilihatnya jam tangan. Sudah jam 4 sore, yang ditunggu belum juga datang. Keluarganya besarnya sudah menunggu sejak tadi di meja yang sudah dipesan. *Sebuah Resort mewah dengan room kelas VVIP menjadi pilihan kedua belah pihak untuk mengadakan pertemuan ini. Sementara Sabrina sedikit grogi. Makanya ia memilih pamit ke kamar kembali. Sembari membenahi dandannya yang sebenarnya sudah sempurna.
Sabrina menarik nafas dalam demi menenangkan diri. Kalau dilihat dari foto, pria yang akan dijodohkan dengannya memang cukup gagah. Apalagi dia keturunan ningrat juga orang berpendidikan dan sudah memiliki karier sebagai arsitek yang cukup sukses. Tapi, bukan itu alasan utama Sabrina mau menerima perjodohan ini, melainkan sebagai bentuk ketaatannya kepada orang tua. Sejak kecil Sabrina memang sangat taat dan selalu mengikuti apa yang diinginkan orangtuanya. Dan terbukti olehnya bahwa taat dan cinta pada orang tua membuat hidupnya tenang dan selalu bahagia.
“Nduk” .. sebuah suara memanggilnya.
“Iya, Ma..” jawab Sabrina cepat.
Pintu terbuka, “Ayo, tamu yang kita tunggu sudah datang,” ucap Sang Mama.
Sabrina tak menjawab. Hanya tersenyum menyembunyikan debaran dada yang tiba-tiba saja tak keruan.
Sang Ibu tersenyum. Digandengnya sang putri yang sangat ia cintai. “Ayo, Nduk,”
Sabrina menunduk. “Sabrina malu, Ma.” Wajahnya kian merona.
Sang Ibu kembali tersenyum. “Ibu paham. Dan malu itu adalah pakaian seorang gadis solehah. Tidak apa-apa. Yuk!” Sang Ibu menggandeng tangan Sabrina keluar dari kamar.
Sepanjang langkah, Sabrina terus menunduk. Hatinya benar-benar tak keruan, antara malu dan bahagia bercampur menjadi satu. Membuat wajahnya terasa berat untuk menengadah. *Beruntung Ibu Sabrina tadi mengijinkannya untuk membawa serta kucing Anggora kesayangan jenis persia turut serta ke resort. Lumayan, kucing itu bisa mengalihkan sedikit rasa grogi dan debaran di dadanya dengan mengelus-elus punggung si kucing dalam gendongannya untuk menyamarkan rasa gugup, malu dan grogi yang menyiksanya kali ini.*
Di sebuah ruangan, pada kursi-kursi yang mengitari sebuah meja, sudah duduk keluarganya dan keluarga tamu. Sabrina duduk diapit oleh orangtuanya. Sedang di depan mereka duduk Raden Mas Seno Galih Arthawiatmaja dan istrinya juga seorang pria muda yang sejak kedatangan Sabrina, terus menatap tanpa berkedip.
Hus! Raden Artawiatmada mengingatkan putranya. “Jaga pandanganmu Abimanyu!” ucapnya sambil tersenyum.
Pria muda yang memakai kemeja Slim fit itu sedikit tersentak. Kemudian tersenyum malu, dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Diam-diam, Sabrina mengintip pandang kepada pria itu. Ia pun tersenyum geli dengan kejadian itu.
Sabrina semakin dibuat kagum oleh pria itu. Tinggi dan kekar menandakan pria itu senang berolah raga. Wajahnya bersih dan segar serta gaya berpakaian yang elegan.
“Nah, Nak Abi. Kenalkan ini Sabrina putri kami.” Ayah Sabrina memulai perkenalan.
Abimanyu mengangguk dan tersenyum.
“Salam kenal Sabrina,” ucapnya.
Sabrina membalas senyuman Abimanyu dengan senyum termanis yang dia miliki. Membuat Jantung Abimanyu berdetak lebih cepat.
Obrolah dua keluarga itu pun mengalir begitu saja. Meskipun Sabrina dan Abimanyu masih terlihat sedikit canggung. Tapi keduanya mampu mengatasi kecanggungan dengan sedikit menjawab pertanyaan dengan candaan.
Usai puas ngobrol, dua keluarga itu pun melanjutkan dengan acara makan bersama. Dari sini terlihat juga bahwa kedua keluarga ini adalah keluarga yang berpendidikan. Cara makan yang sopan penuh aturan.
“Abimanyu!” ucap ayahnya.
“Ya,”
“Antar Sabrina berkeliling Resort. Ya biar kalian lebih leluasa ngobrol.”