Martha yang hendak berangkat kerja, memperhatikan belum ada tanda-tanda "kehidupan" dari kamar Tomi. Padahal waktu sudah hampir setengah tujuh pagi.
"Tom, Tom! Kamu udah bangun?" panggilnya lantang.
Merasa belum ada jawaban, ia pun langsung menggedor pintu kamarnya. "Kenapa nih anak?" gumamnya dalam hati.
Tak lama kemudian terdengar suara. "Ya, Bun!" jawabnya sambil membuka pintu kamar masih dengan pakaian tidur.
"Astaga, Tom. Jam berapa ini? Kamu gak sekolah?" tanya Martha dengan panik.
"Gak, Bun. Kebetulan hari ini libur. Ada rapat guru." jawab Tomi santai.
"Rapat?" kata Martha setengah tak percaya.
"Iya, rapat. Sebentar," jawab Tomi sambil kembali masuk ke kamar untuk mengambil hp.
"Nih Bun, pemberitahuannya," sambil menunjukkan chat di WA grupnya.
"Ya, udah kalo gitu," ujarnya terkesan cuek.
"Udah ya, Bunda berangkat dulu," sambungnya terburu-buru.
"Bun!" panggil Tomi yang ikut mengantar sampai ke teras.
"Apa lagi?" jawabannya refleks.
"Hati-hati!" ucap Tomi mendalam.
Martha hanya tersenyum. Merasa sedikit heran dengan kelakuan Tomi, ia lalu segera masuk ke mobil, memacunya sambil melambaikan tangan ke Tomi. Mengharap Bunda memahami dan memberi sedikit perhatian padanya, Tomi hanya mendapati betapa kuatnya virus karirisme yang menjangkiti Bunda.
Saat kalut membuncah, sebuah puisi curahan suara hati dalam diri Tomi mengalir terucap.
Bunda, betapa ku ingin kau tahu
Masih adakah diriku di hatimu?
Betapa ku mendamba kasih sayangmu!
Betapa ku rindu hangat belaianmu!
Ingin rasanya ku kembali ke masa kecilku
Mengulang waktu bersamamu
Saat kau hadir untukku