Senin yang dinantikan itu tiba. Seperti yang dijadwalkan, Diki akan menemui Herdi untuk menandatangani kontrak kerjasama. Ia masih excited dengan agenda itu walaupun agak terganggu dengan ingar-bingar pemberitaan di media tentang pidato pandemi Presiden kemarin. Ia salah satu orang yang tak percaya hal itu terjadi di negeri ini. Sebuah fakta yang memang sulit untuk diterima namun terpaksa harus dijalani.
Masih terngiang dalam ingatannya berbagai berita yang mencekam di seputar pandemi di seluruh dunia beberapa minggu terakhir ini. Membuatnya jadi bertanya-tanya, "Penyakit apakah gerangan yang seganas dan sebahaya ini?"
"Akankah yang terjadi di luar sana terjadi juga disini?" tanyanya kritis.
"Lalu apa yang sebaiknya harus ku lakukan dalam kondisi tak diharapkan ini?" ungkapnya termenung.
Dampak wabah penyakit ini begitu dahsyat dan fenomenal. Kota-kota besar yang tadinya begitu ramai dan sibuk mendadak sunyi dan sepi bak kota hantu. Gelombang kematian terjadi begitu tiba-tiba dan masal. Mayat-mayat bergelimpangan di jalan, dibiarkan tak terurus karena takut tertular virus. Sungguh pemandangan mengerikan yang tak pernah terlintas dalam pikiran sebelumnya.
Gambaran tersebut sedikit banyak telah memengaruhi alam bawah sadarnya sehingga muncul rasa takut dan khawatir dalam dirinya walau masih dalam batas yang normal. Tetapi bagi Diki, masa depan pekerjaannya yang lebih ia takutkan daripada virus itu sendiri. Ia mulai dihinggapi kecemasan hal itu akan menimpa dirinya. Apapun bisa terjadi terlebih di masa tidak normal dan penuh ketidakpastian seperti saat ini.
Pagi itu seperti biasanya Diki ke kantor namun suasana lingkungan terasa agak berbeda. Baru keluar dari indekosnya, orang-orang yang lalu lalang terlihat banyak yang memakai masker. Muncul kesadaran dalam dirinya untuk melakukan hal yang sama. Ini mendorongnya untuk segera mendapatkan masker dan mengenakannya.
Di warung pertama yang ia singgahi waktu berangkat kerja, si pemilik warung mengaku sudah kehabisan masker sejak kemarin saat ditanya. "Oke, gak masalah. Namanya juga hari pertama," hiburnya pada diri sendiri.
Tak berjauhan dari situ, terdapat sebuah toko. Tampak ada beberapa orang sedang berkumpul dan tidak memakai masker di depannya. "Sepertinya mereka juga sama kayak aku," duganya. Karena ragu, ia lalu mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh ke pemilik toko.
"Baiklah, semoga ada di minimarket ini." Dengan tenang ia melangkah masuk disambut sukacita oleh sang kasir. Tanpa basa-basi, ia langsung bertanya lalu dijawab si kasir sambil tersenyum, "Maaf, Kak. Stok maskernya lagi kosong. Ada yang lainnya?" tanyanya ramah. "Nggak ada, Mbak. Makasih," jawab Diki singkat segera keluar dari gerai itu. Tak pernah ia sangka mencari masker kok sesusah itu. Membuatnya jadi geli sendiri.
Harapannya tinggal pedagang yang ada di dekat stasiun yang ia tuju. Bak orang yang menang lotere, saat dirinya melihat dari kejauhan apa yang ia cari ada di depan matanya. Tanpa ragu, ia langsung memborong setengah lusin masker kain warna-warni. "Lima untuk hari kerja, satu untuk cadangan," pikirnya mantap. Saat itu juga langsung ia pakai yang warna biru serasi dengan kemeja yang ia kenakan.
Mendekati area stasiun, tampak antrean calon penumpang sudah mengular sampai ke pelataran parkir. "Ada apa ini? Tidak biasanya begini. Kalau pun antre, di hari biasa tidak separah ini," tanyanya terheran-heran. Belum hilang kebingungannya, tiba-tiba terdengar suara dari belakang. Ternyata itu petugas yang sedang mengatur calon penumpang agar membentuk barisan dengan tertib, memakai masker, dan menjaga jarak.
Setelah melihat sekeliling, ia baru menyadari bahwa selain para petugas stasiun hadir juga aparat TNI dan Polri. Mereka bertugas dalam rangka penerapan protokol kesehatan selama pandemi yang digalakkan pemerintah. Mereka hadir untuk memantau dan memastikan pelaksanaan program tersebut berjalan dengan baik di lapangan.
Tak jauh dari tempat antrean, terdapat sebuah banner cukup besar yang berisi pemberitahuan tentang aturan prokes selama pandemi berlangsung.
"Yang terhormat para pengguna jasa kereta. Terkait bencana pandemi yang sedang terjadi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Untuk itu mohon kiranya bisa dipahami dan dipatuhi dengan sebaiknya demi kemaslahatan kita bersama.