Kalut

Abe Ruhsam
Chapter #14

The Prince

Hari itu, tanpa sengaja Roy dan Danu bertemu kembali di suatu acara kantor. Di setiap kesempatan Danu yang selalu mendekati Roy duluan karena memang ia punya maksud di baliknya. Danu seperti memiliki alat pendeteksi dalam mengenali calon "korbannya". Ia mampu menilai seseorang apakah cocok atau tidak jika diajak kerja sama. Entah ia sudah mempelajari profil mereka terlebih dulu atau hanya mengandalkan instingnya saja. Itu mungkin "kelebihan" yang dimiliki Danu sehingga membuatnya leluasa dalam menjalani profesi sampingannya sebagai seorang penghubung.

Awalnya Danu hanya bicara proyek-proyek penting dan strategis nasional yang ada dibawah lingkupnya sebagai seorang wakil rakyat. Sedikit demi sedikit ia mulai menarik masuk si korban kedalam dunianya. Layaknya seorang ahli hipnoterapi, ia lalu melancarkan sugesti ke alam bawah sadar korbannya. Jika si korban dinilai lulus fit and proper test yang diujikan, ia tinggal menjajaki fase berikutnya.

Korupsi adalah bahaya laten. Ia bisa hilang namun suatu saat muncul kembali. Itulah sebabnya korupsi tidak mudah untuk dibasmi. Dengan memanfaatkan celah dan kelengahan sistem yang ada, korupsi akan selalu ada dalam berbagai bentuk dan cara. Bak penyakit menular, virus korupsi menyebarluas dengan mudah dan cepat. Pejabat negara yang bermental korup sangat rentan terinfeksi virus ganas ini.

Bak penyakit kronis yang menggerogoti tubuh, korupsi menimbulkan berbagai dampak buruk dan berbahaya. Banyak faktor yang menyebabkan korupsi. Dalam kasus Danu, korupsi lebih dikarenakan faktor individu yang dilatarbelakangi oleh politik dinasti. Sedari kecil, Danu sebagai anak tunggal telah disuguhi sepak terjang sang ayah dalam kancah politik dengan berbagai jabatan dan kedudukan seperti politisi sebuah parpol, anggota legislatif derah, dan pemimpin daerah.

Image ayah ini begitu melekat tertanam dalam benaknya. Pelan tapi pasti gambaran mengesankan dari ayah itu terekam di alam bawah sadarnya. Memicu keinginan kuat dalam dirinya untuk mengikuti jejak langkah ayah. Apapun akan ia lakukan demi terwujudnya obsesi diri menjadi seperti ayah. Baginya, ayah adalah role model, panutan, teladan, dan idola. Ia bangga sekali dengan ayahnya.

Bak putera mahkota dalam buku Nicollo Machiavelli yang berjudul "The Prince", jalan menuju kekuasaan bagi Danu begitu terbuka lebar dan terbentang luas. Dari kecil ia sudah akrab dengan simbol dan ceremony politik. Di usianya 10 tahun, ia sudah diajak dalam safari politik saat pencalonan ayah sebagai anggota legislatif daerah.

Empat tahun kemudian, ia kembali ikut serta dalam kampanye pencalonan ayah dalam ajang pilkada. Dari even tersebut, ia terlibat langsung dalam kegiatan bagi-bagi sembako, suvenir bahkan selipan amplop yang diberikan kepada para calon pemberi suara. Dari keterlibatannya itu, Danu kecil yang beranjak remaja dapat melihat langsung bagaimana sebuah ritual politik itu dipraktikkan dan didemonstrasikan di akar rumput.

Di level atas, Danu sudah bersinggungan dengan para penguasa sejak belia. Setelah ayahnya duduk sebagai anggota dewan, Danu suka ikut sang ayah main tenis bersama para anggota dewan lainnya. Sambil menunggu, ia biasa gaul dengan anak-anak lain. Di kesempatan lain, ia sering diajak menghadiri hajatan dan acara-acara yang dihadiri pejabat.

Lihat selengkapnya